
Hamas Minggir Dulu! Negara Ini Siapkan Strategi Tempur dengan Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Hizbullah dikatakan sedang menyiapkan berbagai skenario yang berbeda atas konflik yang terjadi dengan Israel. Skenario ini disiapkan terkait adanya ancaman eskalasi konflik yang meningkat lebih besar dari yang terjadi saat ini.
Mengutip Aljazeera, meningkatnya eskalasi konflik itu dinilai dari kuatnya pernyataan pejabat Israel yang katanya akan mengalihkan fokus militernya dari Haza ke Lebanon.
Hal itu juga diperkuat atas pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel akan menghentikan operasinya di Rafah dan akan mengalihkannya ke Lebanon.
Tentunya, aksi militer Israel yang serius di Lebanon akan menyeret aktor-aktor regional dan mungkin juga aktor-aktor internasional.
Sebagai catatan, serangan-serangan Israel hingga saat ini telah membuat hampir 100.000 orang mengungsi dari rumah-rumah mereka di Lebanon Selatan dan menewaskan sedikitnya 435 orang, sekitar 349 orang di antaranya disebutkan oleh Hizbullah sebagai anggotanya.
Adapun, Hizbullah dikatakan tetap berpegang teguh pada senjatanya, mencocokkan retorika Israel dengan retorikanya sendiri, dan mengintensifkan serangan lintas batas - yang sejauh ini telah menewaskan 15 tentara Israel dan 10 warga sipil, menurut Israel.
Keduanya telah bertukar serangan melintasi perbatasan sejak sehari setelah Israel melancarkan perang ke Gaza pada 7 Oktober, hari di mana operasi yang dipimpin Hamas di Israel menewaskan 1.139 orang, demikian menurut kantor berita AFP.
Gencatan senjata atau tidak?
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam pidato-pidatonya sejak bulan Oktober, beruang kali mengatakan bahwa kelompoknya akan menghentikan serangan lintas batasnya terhadap Israel hanya jika Israel menyetujui gencatan senjata di Gaza.
Bahkan jika Israel mengalihkan sebagian besar perhatian militernya ke Lebanon, para analis percaya bahwa Hizbullah akan tetap berpegang teguh pada posisinya.
"Saya rasa Hizbullah tidak akan menerima [negosiasi] tanpa adanya gencatan senjata [di Gaza]," ujar Amal Saad, penulis dua buku tentang Hizbullah. "Perang akan terus berlanjut"
"Nasrallah telah mengatakan bahwa mereka akan terus bertempur hingga Hamas menang dan jika Hamas dilemahkan dan dirusak maka Hizbullah tidak akan berpangku tangan," katanya.
"Ada tujuan strategis di sini ... Hizbullah tidak akan membiarkan Hamas sendirian."
Gagasan gencatan senjata tampaknya menemui hambatan karena mitra koalisi garis keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuntut "kekalahan total Hamas" sebelum mengakhiri perang.
Namun, beberapa pejabat Israel telah menyatakan keraguannya terhadap gagasan kekalahan total Hamas, menggarisbawahi bahwa Hamas adalah sebuah ide dan ide tidak dapat diberantas.
Juru bicara militer Daniel Hagari mengungkapkan keraguan tersebut pada 19 Juni, sementara kepala Dewan Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi mengatakan hal yang sama pada hari Selasa, kurang dari seminggu kemudian.
Entah karena menerima gagasan itu secara diam-diam atau karena pertimbangan lain, Israel sekarang berbicara tentang fase intensitas yang lebih rendah, di mana, katanya, militernya akan terus menargetkan Hamas di Gaza sambil mencari alternatif politik bagi kelompok itu di daerah kantong tersebut.
Perang dengan intensitas yang lebih rendah di Gaza, secara teori, akan memungkinkan untuk fokus pada Lebanon - meskipun hal ini akan mengharuskan militer Israel untuk melaksanakan prospek yang menantang untuk terlibat di dua front.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Profil Panglima Militer Joseph Aoun, Terpilih Jadi Presiden Lebanon
