Waduh! 2 Raksasa Eropa Hengkang dari Proyek Rantai Pasok Baterai EV RI

pgr, CNBC Indonesia
26 June 2024 13:19
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan asal Eropa yakni Eramet dan BASF memutuskan untuk membatalkan investasi bersama dalam pembangunan pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku.

Mengutip mining technology, sebagaimana diketahui sebelumnya, Eramet dan BASF sudah melakukan penandatanganan perjanjian dalam study kelayakan pembangunan pabrik nikel-kobalt pada tahun 2020. Rencananya pabrik tersebut dibangun untuk memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Tercatat, nilai investasi yang melibatkan Eramet dan BASF untuk membangun smelter nikel-kobalt di Weda Bay itu berkisar US$ 2,6 miliar.

Adapun alasan hengkangnya kedua perusahaan tersebut lantaran, pertumbuhan penjualan baterai EV di negara Asia Tenggara terbilang lambat.

Namun, Eramet mengklaim masih berkomitmen untuk mengevaluasi potensi investasi lain di sektor nikel Indonesia untuk baterai EV dan berniat untuk terus memberikan informasi terbaru kepada para pemangku kepentingan mengenai perkembangannya.

Di sisi lain, BASF selaku perusahaan Jerman tersebut telah menyatakan bahwa mereka akan menghentikan semua kegiatan yang sedang berlangsung terkait dengan proyek Weda Bay.

"Pasokan bahan baku penting yang aman, bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk produksi bahan aktif katoda prekursor, yang mungkin juga berasal dari Indonesia, tetap penting untuk pengembangan masa depan bisnis bahan baterai kami." terang Presiden Divisi BASF Catalysts, Daniel Schonfelder, mengutip MiningTechnology berdasarkan laporan Bloomberg, Rabu (26/6/2024).

"Setelah melakukan evaluasi menyeluruh, kami telah menyimpulkan bahwa kami tidak akan melaksanakan proyek pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay," ungkap Anggota Dewan Direktur Eksekutif BASF, Anup Kothari.

Di menambahkan, sejak dimulainya proyek di Weda Bay itu, pasar nikel global telah berubah secara signifikan. Secara khusus, opsi pasokan telah berevolusi dengan ketersediaan nikel kelas baterai BASF.

"Akibatnya, BASF tidak lagi melihat perlunya melakukan investasi yang begitu besar untuk memastikan pasokan logam yang kuat untuk bisnis bahan baterainya."


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Raksasa Eropa Cabut dari Proyek Nikel-Kobalt RI, Bahlil Buka Suara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular