Catatan Bank Dunia, Ekonomi RI Mandek di 5,1% Hingga 2026

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
26 June 2024 07:25
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - World Bank atau Bank Dunia memperkirakan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran rata-rata 5,1% pada tahun ini hingga 2026, dengan risiko pelemahan seiring dengan lesunya kinerja perdagangan dan normalisasi permintaan di dalam negeri.

Hal ini diungkapkan Bank Dunia dalam Laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Juni 2024. Bank Dunia mengungkapkan konsumsi swasta akan terus mendorong pertumbuhan namun diperkirakan akan menghadapi hambatan karena daya beli rumah tangga dipengaruhi oleh tekanan inflasi yang disebabkan oleh biaya.

"Pertumbuhan konsumsi masyarakat akan mencerminkan kenaikan gaji pegawai negeri pada tahun 2024, yang selanjutnya didukung oleh program belanja sosial baru dari pemerintahan mendatang," ungkap Bank Dunia, dikutip Rabu (26/6/2024).

Kemudian, dalam catatan Bank Dunia, investasi diperkirakan akan mendapatkan momentum selama periode perkiraan didukung oleh reformasi sebelumnya dan proyek pemerintah baru, termasuk percepatan pembangunan ibu kota baru.

Sementara itu, ekspor dan impor diperkirakan akan tumbuh lebih lambat, mengingat dampak dasar yang tinggi dan ketidakpastian permintaan global.

Lebih lanjut, inflasi diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran target BI. Namun, Bank Dunia memperkirakan inflasi menghadapi tekanan yang meningkat dari harga pangan dan energi global.

"Inflasi umum diperkirakan akan tetap relatif stabil, dengan rata-rata sebesar 3% pada tahun 2024 dan sekitar 2,9% setelahnya pada tahun 2025-2026 . Angka ini masih berada dalam kisaran target inflasi BI sebesar 2,5 +/- 1%," ungkap Bank Dunia.

Bank Dunia mengungkapkan dengan perkiraan kesenjangan output yang akan berakhir pada tahun 2025 dan normalisasi permintaan domestik, inflasi inti diperkirakan akan tetap terkendali selama periode perkiraan. Namun, harga energi dan pangan global diperkirakan akan memberikan tekanan pada inflasi. Hal ini terjadi setelah berbagai konflik bersenjata dan guncangan iklim yang mengganggu rantai pasokan global, serta babak baru pengurangan produksi OPEC+ yang meningkatkan harga minyak.

Kemudian, dari sisi eksternal, Bank Dunia melihat sisi ini akan tetap penuh tantangan karena lemahnya perdagangan dan pendanaan global.

Menurut Bank Dunia, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan melebar secara bertahap dan mencapai 1,6% PDB pada tahun 2026, karena melemahnya harga komoditas dan ketidakpastian global menghambat ekspor.

Adapun, investasi langsung asing atau foreign direct investment (FDI) akan terus menjadi sumber pendanaan eksternal terbesar, dengan reformasi daya saing, hilirisasi industri, dan pembangunan ibu kota baru yang membuahkan hasil dan menarik proyek-proyek baru.

Namun, Bank Dunia yakin stance kebijakan moneter BI akan tetap terfokus pada pencegahan arus keluar modal yang cepat dan berlebihan. Namun, kebijakan moneter tidak akan terlalu kelonggaran karena target inflasi yang lebih ketat dan tingginya suku bunga di negara-negara maju.

"Namun demikian, BI akan lebih akomodatif dan diperkirakan akan menurunkan suku bunga kebijakan pada tahun 2025, meskipun dengan kecepatan yang jauh lebih lambat dan sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter AS," tulis Bank Dunia.

Terkait dengan fiskal, Bank Dunia melihat adanya peningkatan belanja sosial dan investasi publik di era pemerintahan baru. Akan tetapi, Bank Dunia yakin batasan defisit tetap dijaga pada level 3%.

Lembaga dunia ini menilai belanja subsidi pemerintah akan meningkat karena adanya depresiasi mata uang. Ini pun memicu pembayaran bunga yang lebih tinggi. Defisit APBN pada tahun ini diperkirakan akan berada di atas 2,3%. Ke depannya, Bank Dunia memandang defisit APBN akan stabil pada kisaran 2,5%.

"Hal ini menyusul peningkatan belanja secara bertahap untuk mengakomodasi program-program pemerintahan mendatang, termasuk program-program yang berkaitan dengan investasi publik dan infrastruktur," kata Bank Dunia dalam laporannya.

Adapun, Bank Dunia memproyeksikan subsidi akan stabil sepanjang periode perkiraan sejalan dengan melemahnya harga komoditas.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article World Bank: Ekonomi RI Sedikit Melambat, Tumbuh 4,9% di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular