
Potret Geliat Industri Rumahan Banjir Orderan Seragam Sekolah
Momentum tahun ajaran baru membawa keberkahan tersendiri bagi pelaku usaha rumahan seragam sekolah. Omzet pun meningkat tajam lebih dari 90 persen.

Penjahit menyelesaikan pembuatan baju seragam sekolah di sebuah industri rumahan di kawasan Jakarta, Rabu (26/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Momentum tahun ajaran baru membawa keberkahan tersendiri bagi pelaku usaha rumahan seragam sekolah. Omzet pun meningkat tajam dari hari-hari biasa, bahkan mencapai lebih dari 90 persen. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Memasuki tahun ajaran baru 2024/2025, pembuatan pakaian seragam sekolah di penjahit meningkat drastis terlebih dengan pesenan personal (satuan). Banyak calon siswa dari SD, SMP dan SMA yang mendaftar masuk sekolah, sehingga pakaian seragam sekolah sangat dibutuhkan memasuki tahun ajaran baru. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Harga satu pasang seragam berkisar mulai Rp 60.000 hingga Rp 160.000 tergantung jenis bahan dan model. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Arif (31), salah seorang pemilik jasa menjahit pakaian seragam ketika ditemui di Jakarta, mengatakan tiap tahun ajaran baru pihaknya menerima orderan paket jahitan dari beberapa sekolah negeri, swasta dan perguruan tinggi dalam jumlah besar. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Lembaga pendidikan yang menjadi pelanggannya adalah lembaga sekolah Islam Al-Azhar Jakarta dan Sekolah Dasar Negeri yang sudah membangun kerja sama dengan penjahit sekitar 10 tahun lamanya. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

"Orderannya pun beragam. Ada sekolah tertentu yang sendiri tentukan bahan dan desain sehingga kami tinggal jahit saja. Ada juga yang hanya menentukan bahan, sementara disain dan penjahitan diserahkan kepada kami," ujarnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia. Ia mengaku sering kewalahan karena penjahit hanya tiga orang karyawan (tenaga menjahit) saja dan sisanya mesin bordiran. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Usaha konveksi yang dirintisnya sejak Tahun 1986 itu bukannya tak pernah menemui kendala. Menurut sang pemilik, dirinya pernah mengalami kesulitan modal hingga ia terpaksa berhutang dulu kepada kerabat. Lambat laun, usaha konveksi inipun mulai dikenal dan menarik minat banyak pelanggan. Tak hanya dari Jakarta, pelanggannya pun datang dari luar daerah seperti Jawa dan Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)