CNBC Insight

HUT Jakarta Ternyata Penuh Kontroversi, Seharusnya Bukan 22 Juni?

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Sabtu, 22/06/2024 11:00 WIB
Foto: Logo HUT ke-497 Kota Jakarta 2024 (Dok. Pemprov DKI Jakarta)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap tahun, pemerintah DKI Jakarta merayakan hari ulang tahun kota setiap tanggal 22 Juni. Tanggal ini mengacu pada kedatangan pasukan Fatahillah yang mengusir Portugis. Kedatangan ini juga memicu terjadinya perubahan nama dari Sunda Kelapa ke Jayakarta.

Namun, setelah sekian lama, hari jadi tersebut menuai kontroversi. Tak sedikit para ahli berbeda pendapat ihwal penetapan 22 Juni sebagai HUT Jakarta. Sebab tak ada akta lahir pasti yang menyertainya. 

Budayawan Ridwan Saidi, misalnya, yang menggugat HUT Jakarta 22 Juni. Baginya, tanggal tersebut, 22 Juni 1527, merupakan tanggal pembantaian pasukan Kesultanan Demak dan Cirebon pimpinan Fatahilah terhadap penduduk asli Sunda Kelapa.


Dengan aksi keji seperti itu, di acara "Kontroversi HUT Jakarta" 2011 silam, dia heran perayaan hari jadi Jakarta dirayakan meriah. Padahal itu dulu berisi pembantaian.

"Mereka membakar rumah kami, mengusir kami sehingga kami harus menyingkir ke balik-balik bukit, kok malah menjadikan hari jadi kota?," ungkapnya. 

Selain itu dia juga tak sepakat bahwa Fatahilah yang mencetuskan nama Jayakarta pengganti Sunda Kelapa. Sebab, nama Jayakarta yang berarti "kemenangan besar" sudah ada duluan sebelum Fatahilah datang. 

Atas fakta demikian, Ridwan malah mengusulkan hari jadi Jakarta pada 3 September. Ini berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan Soekarno mengenai pembentukan pemerintahan sementara Kota Praja Jakarta Raya. 

"Jadi hari lahir Jakarta itu 3 September tatkala Pak Karno mengeluarkan surat keputusan pembentukan pemerintahan sementara Kota Praja Jakarta Raya," ujar Ridwan 2011 silam kepada Detik.com, dikutip Sabtu (22/6/2024). 

Penetapan HUT Jakarta 22 Juni sebenarnya bermula dari gagasan Walikota Jakarta 1953-1958, Sudiro. Baginya, ulang tahun Jakarta harus direvisi. Sebab, selama ini HUT Jakarta mengacu pada versi pemerintah kolonial, yakni 30 Mei 1619.

Tanggal itu merupakan penaklukan Jayakarta oleh J.P Coen. Penaklukan itu kemudian mengubah nama kota menjadi Batavia. Untuk melakukan revisi, kakek dari artis Tora Sudiro itu meminta Mohammad Yamin, Dr. Sukanto, Husein Djajadiningrat, dan Sudarjo Tjokrosiswoyo untuk melakukan penelitian.

Menurut Sejarawan Asep Kambali, para tokoh itu mengajukan dua tanggal berbeda berdasarkan dugaan. Husein tanggal 17 Desember, sedangkan Sukanto 22 Juni. Singkat cerita, pada sidang DPRD Jakarta diputuskan secara politis HUT Jakarta pada 22 Juni mengacu pada dugaan Sukanto.

"Kedua profesor itu mengusulkan pada dugaan-dugaan semata. Karena sampai hari ini ga ada dokumen yang membuktikan kedua tanggal itu," kata Asep.  

Menariknya, menurut Asep, penetapan 22 Juni juga didasari oleh fakta bahwa itu adalah bulan baik, bertepatan dengan libur sekolah, dan maulud nabi. Semua ini membuat hari jadi HUT Jakarta semakin runyam sebab bukan dibuat berdasarkan data sejarah.

Sampai sekarang, para peneliti tak bisa menentukan secara pasti hari lahir Jakarta. Tak ada catatan atau dokumen terkait peristiwa 22 Juni 1527. Berbagai usulan tanggal menuai kontra. Bahkan, salah satu peneliti sejarah Jakarta asal Jerman, Adolf Heyken, menyebut hari ulang tahun Jakarta hanyalah dongeng semata.  


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BPS Sebut Kemiskinan Ekstrem RI Turun Jadi 2,38 Juta Jiwa