Wamenlu Blak-blakan Dampak Geopolitik Dunia ke RI

Jakarta CNBC Indonesia - Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Mansury menuturkan bahwa tensi geopolitik dunia semakin terasa. Terutama ketika China mau jadi negara maju. Hal ini juga terasa seiring dengan konflik Ukraina-Rusia serta perang di timur tengah.
"Saya rasa ini memang suatu perkembangan yang kita lihat terutama sejak 2020, sebelum 2020 dunia kan lebih ke yang mendominasi 1 negara yakni AS terutama setelah perang dingin berakhir," kata Pahala dalam acara CNBC Indonesia MINDialogue" di Jakarta, Kamis (20/06/2024).
Indonesia sendiri kata Pahala punya sikap yang tidak memihak dan terus memperkuat diplomasi dengan berbagai negara.
Pasalnya dampak dari memanasnya geopolitik dunia bisa berdampak negatif buat Indonesia. Pahala mengatakan, tingginya tensi geopolitik di dunia menciptakan sebuah fragmentasi ekonomi yang dapat memicu disrupsi rantai pasok ke berbagai negara.
"Kondisi ini mendorong supaya investasi dan perdagangan sehingga terdorong khusus negara-negara yang dianggap teman," jelas Pahala.
Bahkan lanjut Pahala sekitar empat minggu lalu AS telah mengeluarkan kebijakan peningkatan tarif barang-barang industri strategis seperti electric vehicle (EV), solar, baterai dan lain-lain. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi negara-negara yang punya potensi tumbuh menjadi negara maju.
Untuk itu menurut Pahala, saat ini pentingnya sebuah diplomasi yang harus dilakukan negara-negara di seluruh Dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menjaga perekonomian tetap kuat di tengah memanasnya tensi geopolitik global.
"Kepentingan kita tentunya adanya ketahanan, mengurangi atau meningkatkan resilien kita terhadap kekurangan pangan, energi, dan critical mineral. Critical mineral adalah industri yang strategis karena menyangkut security bangsa," terangnya.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kupas Tuntas Persoalan Mineral Kritis dalam Perspektif Geopolitik
