Tanda Baru Muncul, Ekonomi RI Benar Dalam Masalah!

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
20 June 2024 06:55
aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja impor Indonesia terkontraksi 8,83% secara year-on-year pada Mei 2024. Kinerja impor ini menimbulkan pertanyaan: Apakah ekonomi Indonesia tengah melemah?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan penurunan angka ekspor ini bisa jadi pertanda awal ekonomi RI mulai melemah.

"Kondisi impor turun dan ekspor turun, artinya ekonomi Indonesia mengalami perlambatan," kata Esther.

Esther menilai pelemahan ekonomi ini terjadi karena faktor internal maupun global. Dia mengatakan dari sisi domestik ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah. Sehingga nilai tambah pada ekspor Indonesia masih minim.

Sementara dari global, dia menilai konflik geopolitik yang terjadi mengakibatkan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia menjadi berkurang. "Faktor global karena konflik geopolitik mengakibatkan distribusi barang terhambat dan suplai barang di pasar berkurang," kata dia.

Ekonom senior dan associate Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai masih terlalu dini menilai perekonomian Indonesia mulai melemah. Dia mengatakan impor biasanya mengalami lonjakan karena faktor musiman seperti Idul Fitri dan menjelang Natal.

"Jadi pembelian barang, bahan baku, bahan mentah dan setengah jadi sudah dikerjakan antara bulan Februari dan Maret lalu, pada saat itu banyak pabrik kita memproduksi barang untuk kebutuhan hari besar," kata Ryan saat dihubungi, Rabu, (19/6/2024).

Ryan menilai penurunan impor sebesar 8,83% secara year-on-year pada Mei ini masih wajar. Terlebih, kata dia, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia masih pada level ekspansif di atas 50.

Dia juga menilai penurunan nilai impor pada Mei ini justru bagus. Mengingat nilai tukar dolar terhadap rupiah sedang tinggi-tingginya. "Kita belum bisa mengatakan itu sebagai tanda pelemahan ekonomi," katanya.

Ryan mengatakan untuk menentukan kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2024 ini perlu melihat data ekspor-impor hingga 6 bulan ke depan. Menurut dia, apabila penurunan impor itu masih terjadi, maka bisa jadi kinerja ekonomi RI memang sedang melempem. "Tapi kalau sekarang kita tidak bisa memvonis bahwa terjadi perlambatan ekonomi," katanya.

Sebelumnya, BPS merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 masih mengalami surplus sebesar US$2,93 miliar. Hasil tersebut berasal dari selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar.

Nilai impor Mei 2024 naik secara bulanan sebesar 14,40%, namun turun secara year-on-year sebesar 8,83%. Apabila dilihat dari tahun kalender berjalan, nilai impor Januari-Mei juga mengalami penurunan 0,42%.

Sementara itu, ekspor Indonesia secara kumulatif mengalami penurunan 3,52%. Meski demikian, secara year-on-year ekspor Indonesia masih positif 2,86%.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan penurunan impor selama awal tahun 2024 ini terjadi pada sektor kendaraan, besi dan baja, serta mesin dan peralatan. Dia mengatakan perlu analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah pelemahan impor ini menjadi tanda ekonomi RI sedang melemah."Perlu pendalaman lebih lanjut," katanya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beras Impor Banjiri RI 443,9 Ribu Ton Awal Tahun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular