Terungkap Alasan Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel
Jakarta, CNBC Indonesia - Politik Israel mengalami eskalasi. Terbaru, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membubarkan Kabinet Perang negara itu di tengah serangan militer besar-besarannya ke Gaza, Palestina.
Hal ini dilakukan Netanyahu setelah kepergian pemimpin oposisi berhaluan tengah Benny Gantz dan sekutunya Gadi Eisenkot dari kabinet itu. Juru Bicara pemerintah Israel David Mencer mengatakan kabinet keamanan akan mengambil alih posisi Kabinet Perang.
"Kabinet keamanan diberikan kewenangan oleh negara untuk mengambil keputusan bersama dengan kabinet penuh," ujarnya dikutip dari BBC, Rabu (19/6/2024).
Gantz dan Eisenkot diangkat Netanyahu setelah perang 7 Oktober pecah. Mereka merupakan mantan kepala staf militer Israel (IDF).
Pada 9 Juni lalu, Gantz mengundurkan diri dari jabatannya dengan mengklaim bahwa Netanyahu tidak membuat rencana yang koheren untuk membawa pulang para sandera dan tata kelola Gaza pasca perang. Langkahnya kemudian diikuti Eisenkot.
Segera setelah itu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir mengatakan dia telah menulis surat kepada Netanyahu untuk meminta agar dirinya agar dapat ditambahkan ke kabinet perang.
Surat kabar Haaretz Israel melaporkan bahwa setelah pembubaran, beberapa masalah yang sebelumnya dibahas oleh kabinet perang akan dialihkan untuk dibahas dalam kabinet keamanan yang beranggotakan 14 orang, yang mencakup Ben-Gvir dan sesama Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich.
Dikatakan bahwa keputusan-keputusan sensitif akan dibahas dalam forum yang lebih kecil. Ini diperkirakan akan dihadiri oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan ketua partai ultra-Ortodoks Shas, Aryeh Deri. Ketiga orang tersebut sebelumnya berada di kabinet perang bersama dengan Netanyahu, Gantz dan Eisenkot.
Sementara itu, Juru bicara utama IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, menegaskan pada hari Senin bahwa tindakan tersebut tidak akan memengaruhi operasinya.
"Anggota kabinet diubah, metode diubah. Kami punya eselon, kami tahu rantai komando. Kami bekerja sesuai rantai komando. Ini adalah demokrasi," katanya kepada wartawan.
Militer Israel melancarkan kampanye di Gaza untuk menghancurkan milisi penguasa wilayah itu, Hamas, sebagai tanggapan atas serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 251 lainnya disandera.
Lebih dari 37.340 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
(luc/luc)