Pemimpin Oposisi Israel Resign dari Kabinet, Begini Respons Netanyahu

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Senin, 17/06/2024 19:30 WIB
Foto: Benjamin Netanyahu. (REUTERS/POOL)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membubarkan kabinet perang negaranya. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Israel kepada CNN International, Senin (17/6/2024).


"Kabinet keamanan akan terus memutuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan perang," kata pejabat tersebut, seraya mengklaim bahwa Netanyahu "akan mengadakan forum-forum kecil mengenai masalah-masalah sensitif."

Keputusan Netanyahu diambil setelah pemimpin oposisi Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari badan tersebut pekan lalu. Di sisi lain, ada permintaan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir untuk bergabung.

Kabinet perang dibentuk lima hari setelah dimulainya perang antara Israel dan Hamas. Kabinet itu tidak hanya mencakup Netanyahu dan Gantz tetapi juga Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Tidak jelas dengan siapa Netanyahu secara khusus akan berkonsultasi mengenai masalah perang di Gaza. Adapun Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari badan tersebut minggu lalu, dengan alasan kegagalan Netanyahu dalam merancang strategi perang di Gaza dan pemerintahan masa depan di Gaza.

Sementara itu, Netanyahu menghadapi seruan yang semakin besar dari anggota koalisi sayap kanan, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, untuk bergabung dalam kabinet perang.

Kabinet perang dibentuk lima hari setelah serangan teroris yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober, ketika mantan Menteri Pertahanan dan kepala staf IDF Gantz setuju untuk bergabung dengan "pemerintahan darurat."

Bersama dengan Netanyahu dan Gantz, kabinet tersebut terdiri dari Menteri Pertahanan saat ini Yoav Gallant, serta orang kepercayaan Netanyahu Ron Dermer dan mantan jenderal Gadi Eisenkot sebagai "pengamat." Ben-Gvir dan Smotrich dikeluarkan atas perintah Gantz.

Saat mengumumkan "keputusannya yang rumit dan menyakitkan" untuk meninggalkan kabinet perang pada tanggal 9 Juni, Gantz berkata, "Netanyahu menghalangi kita untuk bergerak maju menuju kemenangan nyata [di Gaza]." Eisenkot juga keluar dari kabinet perang.

Dia menuduh Netanyahu lebih mengutamakan pertimbangan politik pribadinya daripada strategi pascaperang di Gaza, dan mengeklaim "keputusan strategis yang menentukan akan dipenuhi dengan keragu-raguan dan penundaan karena pertimbangan politik," dan mendesak perdana menteri untuk mengadakan pemilihan umum pada bulan Agustus beberapa bulan mendatang.

"Saya menyerukan kepada Netanyahu: tetapkan tanggal pemilu yang disepakati. Jangan biarkan rakyat kami terkoyak," kata Gantz.

Setelah Gantz mengundurkan diri dari kabinet, Ben-Gvir meminta agar diizinkan masuk. Dengan membubarkan kabinet, Netanyahu tidak perlu menyetujui atau menolak permintaan tersebut.

Penafsiran lain adalah bahwa tanpa Gantz - dan Eisenkot - di dalamnya, tidak ada gunanya lagi mempertahankan kabinet perang. Sebaliknya, seorang pejabat Israel mengatakan kepada CNN, Netanyahu di masa depan akan mengadakan forum yang lebih kecil untuk membahas masalah sensitif terkait perang dengan Hamas. Tidak jelas apakah Ben-Gvir juga akan dikecualikan dari ini.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video Netanyahu: Perang Akan Berakhir Jika Ayatullah Khomeini Terbunuh