
Penampakan Sepi Bak 'Kuburan' Pabrik Garmen yang PHK Massal
Pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah merambat ke pabrik-pabrik garmen produk bermerek kenamaan dunia seperti di Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Suasana kondisi ribuan alat mesin jahit yang ditutup kain dan tidak terpakai di kawasan pabrik garmen, Kabupaten, Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/6/2024) yang PHK massal. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Penurunan permintaan ekspor dari luar negeri. Akibatnya, perusahaan tidak mampu lagi membayar pegawai yang ada. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pabrik yang berlokasi di Kabupaten Bogor ini didirikan pada tahun 1997 dan memproduksi berbagai bra wanita, celana dalam, bustier, bodysuits, suspender belt, kamisol, juga pakaian dalam pria. Pasarnya adalah Eropa, Amerika Serikat, Australia dan lokal. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah merambat ke pabrik-pabrik yang memproduksi produk bermerek kenamaan dunia. Seperti pabrik garmen di Kabupaten Bogor Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Upah minimum di Kabupaten Bogor sendiri mencapai Rp4,2 juta. Nilai tersebut dirasa terlalu tinggi untuk membiayai pegawai yang kebanyakan dengan pendidikan SMP atau sederajat. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Yang terjadi selama ini adalah pengusaha menjerit, karena beban yang harus ditanggung terkait upah buruh yang dinilai sudah terlalu tinggi, sementara buruh tidak puas dan menuntut upah lebih besar. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Tapi yang terjadi di antara perusahaan dan buruh garmen di wilayah Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bogor dan Purwakarta ini agak berbeda. Pengusaha memang menanggung beban berat karena aturan UMK (Upah Minimum Kabupaten) yang tinggi, namun buruh tidak menggelar demo untuk menuntut upah tinggi, malah bersedia diupah di bawah UMK. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)