Tak Nyangka Pengusaha Ngomong Begini Efek Dolar Tembus Rp 16.300

Martya Rizky, CNBC Indonesia
Rabu, 12/06/2024 11:35 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Pada perdagangan Selasa (11/6/2024), mata uang Garuda bahkan menyentuh level Rp16.300/US$. Lantas, bagaimana dampaknya ke dunia usaha?

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyebut, pelemahan rupiah hingga ke level Rp16.300/US$ sangat tidak kondusif untuk pelaku usaha. Nilai tukar rupiah di level Rp16.000/US$ saja sebetulnya sudah sangat mendongkrak biaya menjalankan bisnis (cost of doing business) di Indonesia.

"(Rupiah) di level Rp16.000/US$ saja sebetulnya sudah mendongkrak cost of doing business di Indonesia menjadi semakin mahal, tidak affordable dan tidak kompetitif untuk pertumbuhan industri dalam negeri, maupun untuk ekspor," kata Shinta kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/6/2024).


Shinta mengatakan, kenaikan cost of doing business juga tidak terbatas pada kenaikan beban impor bahan baku atau penolong saja, tetapi juga pada komponen beban-beban usaha lainnya, seperti beban logistik atau transportasi, beban pembiayaan, dan beban lainnya.

"Sehingga akan berdampak pada resiko penurunan kinerja usaha, penurunan potensi penciptaan lapangan kerja, kenaikan resiko NPL (non performing loan), penurunan kapasitas produksi, dan lain-lain. Ini baru dampak terhadap industri existing. Padahal dampak pelemahan nilai tukar juga akan berimbas negatif pada realisasi investasi dan penerimaan investasi asing," jelasnys.

Selain itu, kata Shinta, risiko peningkatan votalitas atau spekulasi pasar keuangan juga cenderung akan semakin memberikan tekanan terhadap stabilitas makro ekonomi nasional.

"Pasar domestik juga kami khawatirkan akan semakin lesu dan semakin menahan diri untuk melakukan ekspansi konsumsi, bila pelemahan nilai tukar terus dibiarkan," ujarnya.

Shinta berharap agar pemerintah terus berupaya melakukan intervensi kebijakan yang dibutuhkan, supaya dapat menciptakan stabilitas dan penguatan nilai tukar.

"Memang tidak mudah, karena pelemahan nilai tukar ini terjadi akibat kondisi eksternal yang di luar kendali kita," tutup Shinta.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Makin Tegang, Dolar AS Melemah-Harga Emas Menguat Tipis