'Rahasia' Baru Boeing Terungkap, Ternyata Pekerjanya Tak Mumpuni
Jakarta, CNBC Indonesia - Terpaan baru kembali melanda raksasa dirgantara Amerika Serikat (AS), Boeing. Setelah sebelumnya diterjang beragam insiden, kali ini Boeing dilaporkan tidak memiliki pekerja terampil yang mumpuni.
Mengutip laporan Washington Post, banyak pekerja Boeing yang saat ini merupakan rekrutan baru, tidak memiliki pengalaman di dunia aviasi. Di sisi lain, mereka hanya memiliki waktu tiga bulan untuk belajar cara membuat pesawat terbang.
"Saya tidak mempersiapkan apa pun untuk menghadapi apa yang saya hadapi. Ini bukanlah mobil yang dapat memuat satu atau dua orang. Kami tahu jika kami melakukan kesalahan, kami berpotensi mengacaukan pesawat," kata pekerja baru di perusahaan itu, Daniel Horine, yang sebelumnya berpengalaman di pabrik pengecoran, Senin (10/6/2024).
Tenaga kerja pabrik Boeing telah mengalami transformasi dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Banyak insinyur senior pensiun ketika pandemi melanda.
Saat ini, Boeing terus berupaya melakukan banyak perekrutan demi memenuhi permintaan jet baru seiring pulihnya industri penerbangan. Hasilnya, pabrik-pabrik dihuni oleh karyawan baru, yang tidak memiliki pengalaman terkait pembuatan pesawat terbang.
Kondisi ini menurut para eksekutif Boeing berkontribusi terhadap masalah kualitas yang dihadapi perusahaan tersebut. Keadaan ini pun berkontribusi pada insiden lepasnya pintu Boeing 737 MAX milik Alaska Airlines beberapa bulan lalu.
Kepala Kualitas Unit Pesawat Komersial Boeing, Elizabeth Lund, mengungkapkan bahwa kurangnya pengalaman di pabrik menduduki puncak daftar masalah manufaktur perusahaan. Ia mengaku saat ini pihaknya masih kesulitan dalam mencetak pekerja-pekerja baru yang terampil.
"Kami berulang kali mendengar dari karyawan berpengalaman bahwa, 'Kami berusaha maksimal dalam melatih orang-orang baru ini,'" kata Lund.
Dari lebih dari 30.000 karyawan Boeing yang diwakili oleh Asosiasi Masinis dan Pekerja Dirgantara Internasional Distrik 751, sekitar setengahnya memiliki pengalaman kurang dari enam tahun. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
"Bagaimana Anda mentransfer pengetahuan tersebut kepada generasi pekerja berikutnya ketika pengetahuan tersebut diperoleh melalui pengalaman?" kata Ben Armstrong, direktur eksekutif Pusat Kinerja Industri MIT
Membuat pesawat dan bagian-bagiannya membutuhkan pengetahuan mendalam tentang mesin. Seseorang di jalur perakitan pesawat mungkin mempunyai sejumlah pekerjaan, yang masing-masing harus diselesaikan dengan sempurna.
"Ini adalah produk yang sangat besar dan kompleks yang terbuat dari puluhan ribu bagian," kata Justin Welner, yang mengawasi pelatihan di Spirit AeroSystems, pemasok badan pesawat untuk jet Boeing 737 MAX.
"Pada hari tertentu, pekerja mungkin menghadapi masalah seperti komponen yang tertunda atau peralatan yang tidak berfungsi. Orang-orang berpengalamanlah yang menavigasi hal itu dan melakukan solusinya," tambahnya.
Cobaan Supplier
Selain Boeing, Welner mengaku persoalan serupa juga dialami perusahaannya, Spirit AeroSystems. Saat pandemi, perusahaan itu kehilangan 1.000 karyawan terampil yang mengambil pensiun dini.
Saat ini, Spirit pun harus dikejar dengan jumlah produksi yang tinggi seiring pulihnya dunia penerbangan. Namun masih ada persoalan kekurangan tenaga kerja yang harus cepat diperbaiki.
Untuk itu, Welner menyebut pihaknya membatalkan persyaratan karyawan baru memiliki pengalaman minimal dua tahun di bidang manufaktur dirgantara. Pasalnya, untuk saat ini, agak sulit mencari tenaga kerja yang benar-benar berpengalaman dan mau bekerja di industri penerbangan.
"Hari-hari membuka daftar permintaan dan memilih mekanik berpengalaman sudah berakhir," katanya.
(sef/sef)