
Tok! BBM Tetangga Resmi Naik 50%, Tapi Masih Lebih Murah dari RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Malaysia mulai memotong subsidi solar pada Senin (10/6/2024). Hal ini diprediksi memberikan dampak kepada harga bahan bakar (BBM) kendaraan bermesin diesel itu, hingga 50%.
Kementerian Keuangan Malaysia mengatakan kepada Channel News Asia (CNA) bahwa hal ini dilakukan untuk menyelaraskan harga diesel dengan harga pasar. Langkah ini diambil setelah subsidi solar telah meningkat 10 kali lipat dari 1,4 miliar ringgit (Rp 4,8 triliun) pada tahun 2019 menjadi RM14,3 miliar (Rp 49 triliun) pada tahun 2023.
"Harga eceran bahan bakar diesel akan naik dari 2,15 ringgit (Rp 7.400) menjadi 3,35 ringgit (Rp 11.600) per liter mulai tengah malam di semua pompa bensin di seluruh Semenanjung Malaysia," ujar kementerian itu dikutip CNA.
"Harganya akan tetap 2,15 ringgit per liter di negara bagian dan teritori Malaysia di Kalimantan, serta untuk kendaraan logistik yang memenuhi syarat di bawah sistem kendali diesel bersubsidi pemerintah," tambahnya.
Kementerian tersebut mengatakan harga solar yang lebih rendah juga telah ditetapkan untuk nelayan dan kendaraan angkutan umum darat seperti bus sekolah dan ambulans. Disiapkan juga bantuan bagi pihak-pihak yang dirasa terdampak dengan adanya kenaikan ini.
"Pemerintah akan memberikan bantuan tunai kepada individu Malaysia yang memenuhi syarat yang memiliki kendaraan diesel, serta petani skala kecil dan petani kecil komoditas untuk mengurangi potensi dampak terhadap pendapatan mereka," kata kementerian lagi.
Diketahui solar dijual dengan empat harga berbeda di Malaysia sesuai subsidi. 1,65 ringgit (Rp 5.700) per liter untuk nelayan, 1,88 ringgit (Rp 6.500) untuk angkutan umum darat, 2,15 ringgit per liter untuk kendaraan niaga dan pribadi, serta harga pasar tanpa subsidi untuk sektor komersial yang mencapai 3,6 ringgit (Rp 12.500) per liter.
Malaysia, yang banyak memberikan subsidi terhadap harga bahan bakar, minyak goreng, beras, dan bahan pokok lainnya, mengalami kenaikan subsidi hingga mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir di tengah melonjaknya harga komoditas. Hal ini membebani belanja negara.
Bulan lalu pemerintah mengatakan rencana pengurangan subsidi solar tahun ini diperkirakan akan menghemat sekitar 4 miliar ringgit (Rp 13,8 triliun). Penghematan tersebut diharapkan akan diarahkan kembali ke kelompok berpenghasilan rendah.
Meski telah mengurangi jumlah subsidi, harga solar di Malaysia akan tetap termasuk yang terendah di Asia Tenggara. Tercatat, harga solar Singapura berada di angka 8,79 ringgit (Rp 30.300) per liter dan 4,24 ringgit (Rp 14.600) per liter di Thailand.
Sementara bila dibandingkan dengan Indonesia, harga bahan bakar diesel di Malaysia lebih murah dari solar jenis Dexlite yang memiliki harga Rp 14.550 hingga Rp 15.800 per liter. Namun untuk biosolar RI, harganya jauh di bawah Malaysia, di mana bahan bakar itu dibanderol dengan harga Rp 6.800 per liter.
"Situasi ini mengundang penyelundupan ke negara tetangga dan penyelewengan di sektor komersial yang tidak memenuhi syarat penggunaan solar bersubsidi," kata Menteri Keuangan kedua Malaysia, Amir Hamzah Azizan.
"Saya ingin tegaskan, yang dilakukan pemerintah saat ini adalah memfokuskan kembali subsidi kepada mereka yang berhak saja. Kita ingin menghentikan kebocoran-kebocoran yang merugikan masyarakat dan negara," ujarnya.
Amir Hamzah menambahkan, untuk periode-periode berikutnya, harga solar akan diumumkan setiap minggu. Ia berjanji pemerintah akan terus memantau situasi yang ada untuk menghindari ketidakstabilan harga.
"Setiap tahun kita mengalami kerugian yang sangat besar dan hal ini dapat menghambat kesejahteraan yang layak kita dapatkan. Ini adalah keputusan pemerintah untuk memperkuat posisi keuangan negara dalam jangka panjang," ujarnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: 2 Helikopter Militer Malaysia Tabrakan, 10 Orang Tewas