Impor BBM Solar RI Nyata Sudah Menurun, Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Eniya Listiani Dewi mengungkapkan Indonesia berhasil mengurangi impor bahan bakar minyak jenis solar. Hal ini dikarenakan penerapan Biodiesel 40% yakni pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Minyak Solar sebesar 40%.
"Jadi impor solar menurun dari yang tadinya 12,5 juta kiloliter di 2012 menjadi sekitar 3,2 juta kiloliter di 2020," kata dia dalam Special Dialogue Strategi Meningkatkan Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Melalui Hilirisasi, Kamis (6/6/2024).
Dia juga menjelaskan penerapan B40 memang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor. Apalagi Indonesia memiliki potensi Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku biodiesel B40. Sehingga penerapan bahan bakar nabati ini juga turut meningkatkan kesejahteraan petani.
"Tentu dengan komitmen ini CO2 harus bisa turun. Jadi menurunkan emisi dari gas rumah kaca (GRK) dan dengan adanya pemanfaatan ini kita memperbaiki defisit neraca perdagangan serta menjaga stabilitas dari harga CPO," tambah Eniya.
Dia menambahkan bahwa dari pemanfaatan CPO tersebut nantinya dapat menumbuhkan nilai hilirisasi dari agroindustri menjadi salah satu bagian dari supply chain pengadaan biodiesel.
"Tentu saja karena menggunakan bio double fuel tentunya negatif impact terhadap lingkungan itu tidak ada. Jadi pemanfaatan biodiesel ini sudah sangat komprehensif," pungkas dia.
Sementara itu, sebelumnya Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyebut program Biodiesel yang telah digulirkan pemerintah sejak 2006 silam telah berhasil memberikan dampak positif secara jangka panjang, seperti penghematan devisa sampai dengan menjaga harga sawit di hulu. Di mana Aprobi mencatat program Biodiesel berhasil mengurangi nilai impor solar berbasis minyak bumi yang cukup besar, yakni hingga US$ 11 miliar atau setara Rp173 triliun.
Angka itu setiap tahunnya mengalami kenaikan yang signifikan, di mana pengurangan impor solar tahun 2018 sebesar US$ 1,95 miliar, tahun 2019 sebesar US$ 3,34 miliar, tahun 2020 sebesar US$ 2,7 miliar, tahun 2021 sebesar US$ 4,8 miliar, dan tahun 2022 sebesar US$ 9 miliar.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakai Biodiesel, Indonesia Terbukti Bisa Hemat Devisa Rp 128 T
