
Fakta Baru Horor Turbulensi Singapore Airlines SQ321, Ini yang Terjadi

Jakarta, CNBC Indonesia - Investigator Singapura terus melakukan penyelidikan terhadap insiden turbulensi fatal yang menimpa Singapore Airlines SQ 321 bulan lalu. Sejauh ini, tim penyelidik telah mengeluarkan laporan penyelidikan awal yang mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat itu.
Sebelumnya, pada 21 Mei lalu, Singapore Airlines SQ 321 yang menerbangi rute London Heathrow-Singapura mengalami turbulensi hebat di wilayah Laut Andaman. Hal ini memaksa penerbangan yang menggunakan pesawat Boeing 777-300 ER itu harus mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, Thailand.
Satu orang tewas dalam kejadian itu. Puluhan lainnya juga dilaporkan mengalami luka berat dan mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan Thailand.
Dalam penyelidikan awal, Kementerian Transportasi Singapura (MOT) mengatakan Biro Investigasi Keselamatan Transportasi (TSIB) telah mengekstraksi data yang tersimpan dalam perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit pesawat. Kemudian, tim TSIB, yang dibantu penyelidik Amerika Serikat (AS), menyusun kronologi kejadian.
Para penyelidik menemukan bahwa setelah SQ321 lepas landas dari bandara Heathrow London, penerbangan dalam keadaan "normal" sebelum terjadinya turbulensi. Namun situasi berbeda terjadi setelah pesawat memasuki wilayah Laut Andaman dekat Myanmar.
"Pada pukul 7.49 pagi UTC (14.49 WIB) pada tanggal 21 Mei, pesawat tersebut melewati selatan Myanmar pada ketinggian 37.000 kaki dan kemungkinan terbang di atas area tempat aktivitas konvektif berkembang," kata MOT, mengacu pada fenomena cuaca seperti badai petir, dikutip Channel News Asia (CNA), Kamis (6/6/2024).
Tekanan gravitasi atau G-force pun kemudian berfluktuasi antara positif 0,44G dan positif 1,57G untuk jangka waktu sekitar 19 detik. MOT mengatakan hal ini akan menyebabkan penerbangan mulai mengalami sedikit getaran.
Sekitar waktu yang sama, terjadi peningkatan ketinggian pesawat tanpa perintah, mencapai puncak 37.362 kaki. Sebagai tanggapan, sistem autopilot mengarahkan pesawat ke bawah untuk turun kembali ke ketinggian 37.000 kaki.
Saat insiden ini sedang terjadi, pilot menyalakan peringatan agar penumpang memakai dan mengencangkan sabuk pengaman. Tetapi beberapa detik kemudian, SQ321 mengalami perubahan cepat pada G seiring penurunan akselerasi vertikal dari positif 1,35G menjadi negatif 1,5G dalam waktu 0,6 detik.
"Hal ini kemungkinan besar mengakibatkan penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman dapat terangkat," tambah MOT.
Satu detik kemudian, akselerasi vertikal berubah dari negatif 1,5G menjadi positif 1,5G, dalam waktu 4 detik. Fenomena ini membuat penumpang yang terangkat kembali jatuh.
Saat situasi ini terjadi, pilot memulai input kontrol manual dan mematikan sistem autopilot selama kurang lebih 21 detik. Selama periode itu, fluktuasi bertahap mulai terjadi dari positif 0,9G hingga positif 1,1G. Pesawat kembali ke ketinggian 37.000 kaki 18 detik setelah pilot mengaktifkan kembali autopilot.
Setelah pilot diberitahu oleh awak kabin bahwa ada penumpang yang terluka, diambil keputusan untuk mengalihkan ke Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, Thailand. Dalam perjalanan, pilot meminta layanan medis untuk membantu pesawat dan penumpangnya setibanya di sana.
"Data menunjukkan bahwa pesawat tidak mengalami turbulensi parah selama pengalihan ini," lapor MOT lagi.
Pakar penerbangan di Universitas Sydney, Profesor Rico Merkert, mengatakan dalam situasi ini, sangat penting bagi seluruh penumpang pesawat dan awak kabin untuk menggunakan sabuk pengaman.
Ia juga menyebut kejadian SQ321 membuktikan sistem penerbangan saat ini mampu untuk bertahan di situasi yang berbahaya, sehingga penumpang hanya butuh menggunakan sabuk pengaman untuk memperkecil peluang cedera.
"Tentu saja, apa yang terjadi ketika hal ini terjadi pada jam makan dan ketika seseorang pergi ke toilet adalah masalah lain, namun ini adalah periode waktu yang dapat dijaga seminimal mungkin," pungkasnya.
![]() Fakta-fakta turbulensi maut Singapore airlines |
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Itu Turbulensi Penerbangan, Berujung Maut di Singapore Airlines?
