Demi Listrik Hijau, RI Butuh Rp300-an Triliun Bangun Transmisi

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
04 June 2024 18:55
PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah 1( UIP JBT 1 ) terus kebut pembangunan konstruksi pembangkit listrik dan jaringan transmisi di Regional Jawa Bagian Tengah (Jawa Barat, Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta). 

Salah satunya ditunjukkan dengan progres pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 2 x 55 MW yang saat ini sudah mencapai 73,18 %. 

Terletak di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. PLTA Jatigede telah berhasil menyelesaikan pekerjaan Top Heading Excavation (penggalian saluran air di headrace tunnel) sepanjang 2.218,73 m telah berhasil tembus pada oktober 2019. Hal ini merupakan salah satu miles stone penting dalam progres pengerjaan PLTA. 

PLN UIP JBT I terus berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan proyek pembangkit listrik, khususnya pembangunan PLTA sebagai upaya peningkatan bauran energi baru terbarukan. PLTA Jatigede 2 x 55 MW akan jadi produk pertama dari PLN UIP JBT I yang ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan dapat mendukung upaya pemerintah mencapai rasio elekstrifikasi 100% pada tahun 2020.

Headrace Tunnel berfungsi sebagai terowongan penghubung penampungan air dengan penstock, juga terhubung dengan power station. Lewat terowongan ini, air tampungan waduk Jatigede mengalir menuju penstock dan seterusnya memutar turbin pembangkit listrik. 

Target penyelesaian pekerjaan dalam waktu dekat untuk PLTA Jatigede yakni pelapisan dinding terowongan menggunakan beton. 

Sejak pembangunannya, hingga 2019, PLTA Jatigede berhasil menyerap tenaga kerja hingga 980 orang, dan jumlah ini akan terus bertambah seiring makin banyaknya pekerjaan dan target selesai. 

Diharapkan nantinya PLTA jatigede mampu meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan energi listrik di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 2 x 55 MW (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) mengungkapkan butuh investasi hingga Rp 300-an triliun untuk membangun infrastruktur transmisi listrik untuk mengakomodir kebutuhan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.

Hal itu seperti yang dikatakan oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo. Dia mengungkapkan untuk bisa mencapai target transisi energi dari energi tinggi emisi menjadi energi nol emisi di dalam negeri dengan beralih menggunakan sumber EBT di dalam negeri dibutuhkan infrastruktur transmisi atau Green Enabling Transmission.

Untuk bisa membangun transmisi EBT yang dimaksud tersebut, Darmawan menyebutkan dibutuhkan pendanaan hingga US$ 25 miliar setara Rp 300-an triliun. "Price tagnya? Tidak terlalu mahal, hanya US$ 25 miliar saja, Rp 300 sekian triliun hanya untuk membangun transmisi," ujar Darmawan saat acara Road To PLN Investment Days 2024, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Adapun, dia mengatakan jarak jaringan transmisi EBT di Indonesia yang dibutuhkan mencapai 50 ribu kilometer (km) atau diklaim lebih dari jarak keliling bumi.

"Dibutuhkan adalah yang namanya green enabling transmission line. Jaraknya berapa? Hanya sekitar 50 ribu km, Bapak Ibu mau keliling bumi, dipersilakan jalan kaki nanti gak nyampe-nyampe, itu panjangnya 42,5 ribu km, ini (panjang transmisi) 50 ribu km," tambahnya.

Selain itu, Darmawan juga menegaskan bahwa untuk bisa mengembangkan EBT di Indonesia memang dibutuhkan infrastruktur berupa transmisi. "Ada pepatah, no transition, without transmission," imbuhnya.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa jaringan transmisi listrik dengan jangkauan yang luas atau super grid merupakan kunci dari program transisi energi di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang melimpah, sehingga infrastruktur untuk bisa menyalurkan sumber EBT yang besar tersebut perlu dibangun.

"Saya ingin menunjukkan infrastruktur kita ke depan, super grid ini menjadi semakin penting supaya kita next bisa sharing dari sini, dari umber daya dan juga sisi demand (kebutuhan) disambungkan ke seluruh pulau utama," ungkap Dadan dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis (7/3/2024).

Dadan memaparkan bahwa sumber EBT di Indonesia sangat beragam dan terdapat di lokasi yang jauh dari sumber kebutuhan energinya. Dengan begitu, dia mengatakan bahwa sumber EBT yang tersebar itu perlu disambungkan melalui super grid yang bisa menjangkau seluruh pulau besar di Indonesia.

"Ya kalau demand-nya besar, misalkan di Pulau Sulawesi, atau di bagian barat Jawa," tambahnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLN Diminta Cari Ganti Waskita di Transmisi 500 KV Sumatera, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular