La Nina Tak Ngefek, BMKG Ingatkan Petaka Ini Ancam RI

Damiana, CNBC Indonesia
Jumat, 31/05/2024 17:40 WIB
Foto: Dokumentasi BPBA

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, Indonesia berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada musim kemarau sehingga membutuhkan kesiagaan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sejumlah wilayah RI juga diperingatkan agar mewaspadai potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) karena hotspot sudah mulai terpantau.

Meski ada potensi La Nina, BMKG menyebutkan, tak akan memiliki dampak pada musim kemarau yang akan melanda Indonesia. Di mana, sebelumnya BMKG mengumumkan, El Nino sudah berakhir karena indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) sudah pada fase Netral. Dan, BMKG memprediksi, Fase Netral pada periode Juli-Agustus-September 2024, akan beralih menuju fase La Nina lemah. Yang akan bertahan hingga akhir tahun 2024.


Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengaku telah melaporkan ancaman itu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, saat ini mayoritas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) sepanjang 21-30 hari atau lebih panjang.

Selain itu, terangnya, berdasarkan analisis curah hujan dan sifat hujan yang dilakukan BMKG, menunjukkan kondisi kering sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, khususnya di bagian Selatan Khatulistiwa.

"Laporan kepada Presiden perihal kondisi iklim dan kesiap-siagaan kekeringan 2024 sudah kami sampaikan agar mendapat atensi khusus pemerintah sehingga risiko dan dampak yang ditimbulkan dapat diantisipasi dan diminimalisir sekecil mungkin," katanya dalam keterangan di situs resmi, dikutip Jumat (31/5/2024).

"Sebagian wilayah Indonesia sebanyak 19% dari Zona Musim sudah masuk Musim Kemarau dan diprediksi sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara segera menyusul memasuki musim kemarau dalam tiga dasarian ke depan. Kondisi kekeringan ini saat musim kemarau akan mendominasi wilayah Indonesia sampai akhir bulan September," papar Dwikorita.

Dwikorita mengungkapkan, curah hujan sangat rendah pada Agustus 2024 berpotensi terjadi di Lampung , Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada September 2024 masih berpeluang terjadi di Jawa, Bali, Nusa tanggara Barat dan Timur.

"Pada Oktober 2024 kondisi serupa di sebagaian Jatim, Nusa Tenggara Barat dan Timur. Dimulai dari Juni hingga Oktober. Ini perlu disiapsiagakan, perlu mitigasi khusus dampak kekeringan," kata Dwikorita.

"Beberapa titik panas awal pada daerah-daerah rawan karhutla telah muncul. Untuk itu perlu diwaspadai risiko menengah dan tinggi yang akan terjadi di daerah tersebut," tegasnya.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menambahkan, daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah dengan kategori kurang dari 50mm per bulan perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mitigasi dan antisipasi dampak kekeringan.

"Adapun daerah tersebut meliputi sebagian besar Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Pulau Sulawesi, dan sebagian Maluku dan Papua," katanya.

"Hasil monitoring hotspot yang dilakukan dengan satelit, menunjukkan telah munculnya beberapa hotspot awal pada daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di sepanjang musim kemarau," ujar Ardhasena.

Rekomendasi BMKG

Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto mengatakan, berkaca dari hal tersebut, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi teknis yang bisa dilakukan sebagai langkah mitigasi dan antisipasi.

"Penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk pengisian waduk-waduk di daerah yang berpotensi mengalami kondisi kering saat musim kemarau dan membasahi dan menaikkan muka air tanah pada daerah yang rawan mengalami karhutla ataupun pada lahan gambut," katanya.

"Agar upaya modifikasi cuaca dapat terlaksana dengan efektif dan efisien dalam memitigasi potensi bencana kekeringan, BMKG berharap agar Kementerian PUPR serta Kementerian Pertanian dapat memastikan koneksitas jaringan irigasi dari waduk ke kawasan yang terdampak kekeringan benar-benar memadai," ujar Seto.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemarau Datang Lebih Lambat - Trump Ngamuk