Duh! Setoran PNBP Ciut, Harga Batu Bara & Minyak Jadi Biang Kerok

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 27/05/2024 19:25 WIB
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Memberi Keterangan di Konferensi Pers APBN KITA. (CNBC Indonesiaa/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 203,3 triliun. Pertumbuhan PNBP ini terkontraksi 6,7% dibandingkan bulan sebelumnya.

Bahkan penerimaan PNBP ini lebih rendah jika dibandingkan tahun lalu, sebesar Rp 217,9 triliun. Menurut Sri Mulyani, PNBP tahun lalu tinggi sekali karena kontribusi dari SDA migas dan nonmigas. Sayangnya, kontribusi ini berangsur-angsur menurun. PNBP migas dan nonmigas SDA sama-sama tercatat mengalami penurunan.


"Untuk migas itu kontraksi 10,4%, yaitu dari Rp 40,9 triliun tahun lalu. Untuk nonmigas SDA turun lebih tajam Rp 39,2 triliun dari Rp 57,6 triliun, turunnya 31,9%," kata Sri Mulyani, dalam APBN Kita 2024, Senin (27/5/2024).

Di sisi PNBP migas, Indonesia Crude Price (ICP) mengalami kontraksi 10,4% secara tahunan (yoy) dan lifting minyak yang tertunda. Kemudian, PNBP nonmigas SDA dipengaruhi moderasi volume batu bara dan landainya harga batu bara.

Lebih lanjut, PNBP kekayaan negara dipisahkan (KND), terutama dividen BUMN tercatat tumbuh 21,4% menjadi Rp 49,6 triliun.

"Ini dividen BUMN, terutama Bank Himbara. Himbara ini sudah pulih dibandingkan saat Covid," ujarnya.

Kemudian, PNBP lainnya tercatat lebih rendah dari tahun lalu. Nilainya mencapai Rp 53,9 triliun atau terkontraksi sebesar 5,5%. Sri Mulyani menilai hal ini disebabkan oleh tren pendapatan jasa transportasi dan layanan administrasi yang mengalami koreksi.

Lalu, PNBP dari BLU tercatat masih postiif terutama sektor pendiidkan dan kesehatan. Sri Mulyani menuturkan ini pendapatannya mencapai Rp 24 triliun atau naik 11,4% dari tahun lalu.

"Ini termasuk untuk yang (pengelolaan dana) kelapa sawit meski dari sisa harga mengalami koreksi tapi kita cukup positif," katanya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak