Perang Dagang AS-China Bikin Rugi RI: Asing Kabur & Rupiah Rontok
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memberikan dampak negatif terhadap situasi dunia, khususnya negara berkembang. Aliran modal akan kembali kabur (capital outflow) dan mata uang jatuh.
Demikianlah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers, Senin (27/5/2024).
Diketahui pemerintahan Joe Biden mengumumkan tarif baru terhadap impor China senilai US$18 miliar atau sekitar Rp288 triliun. Gedung Putih mengatakan kenaikan tarif diperlukan untuk melindungi industri Amerika dari persaingan tidak sehat.
AS akan menaikkan tarif impor kendaraan listrik China sebanyak empat kali lipat, dari 25% menjadi 100%. Pajak impor panel surya China akan berlipat ganda, dari 25% menjadi 50%, an tarif terhadap beberapa impor baja dan aluminium China akan meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari 7,5% saat ini menjadi 25%.
Biden juga mengarahkan Perwakilan Dagang AS Katherine Tai untuk menaikkan tarif lebih dari tiga kali lipat pada baterai litium-ion untuk kendaraan listrik dan baterai litium yang dimaksudkan untuk penggunaan lain. Mulai tahun 2025, tarif impor semikonduktor China akan melonjak dari 25% menjadi 50%.
"Tarif 4x lipat untuk barang-barang China dari produk EV dan pengaruhi ketidakpastian dengan disrupsi ini dengan harga komoditas yang cenderung meningkat," ungkapnya.
Peningkatan harga komoditas akan membuat inflasi dunia, khususnya negara maju sulit turun. Dengan demikian suku bunga acuan juga tetap tinggi dalam kurun waktu yang lebih lama.
"Likuiditas global dengan demikian akan masih ketat dan ini akan pengaruhi nilai tukar dari seluruh negara-negara termasuk negara maju dan negara berkembang dan emerging termasuk rupiah kita," paparnya.
(mij/mij)