Sampoerna, Tempat Belajar Keberagaman, Kesetaraan dan Inklusivitas
Jakarta, CNBC Indonesia - PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) berhasil bertahan selama 111 tahun di tengah berbagai tantangan yang dinamis. Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi mengatakan, nilai keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas dalam bingkai meritokrasi selama ini telah berperan besar bagi perusahaan.
Lebih lanjut, Ivan mengatakan, keberagaman latar belakang, gender, ras, dan lainnya telah menjadi hal mutlak di Sampoerna. Menurutnya, perusahaan yang berdiri pada 1913 itu dapat bertahan karena memiliki talenta dengan latar belakang beragam sehingga bisa memecahkan masalah yang juga beragam.
"Kami percaya setiap individu berhak mendapatkan kesempatan yang adil, tanpa memandang gender, ras, agama, atau latar belakang lainnya " ujarnya di Jakarta, dikutip Kamis (16/5/2024).
Merujuk pada Laporan Keberlanjutan 2023, persentase perempuan yang mengisi jabatan direktur dan kepala bagian mencapai 46,03%, naik dari posisi 39,06% pada tahun 2022. Sampoerna memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk menempati posisi strategis.
Hal itu sejalan dengan Falsafah Tiga Tangan perusahaan, yang mewakili penciptaan nilai bagi para pemangku kepentingan utama di mana salah satunya adalah para karyawan. Sampoerna berkomitmen untuk terus menciptakan tempat kerja yang inklusif dan beragam, di mana semua karyawan merasa dihargai dan dihormati.
Ivan melanjutkan, salah satu contoh dan bukti penerapan prinsip keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas yang berada dalam bingkai semangat meritokrasi ialah perjalanan kariernya yang dirintis dari bawah hingga menjadi pucuk pimpinan Sampoerna.
"Saya bukan siapa-siapa, bukan dari kalangan mana-mana dan meniti karier dari bawah. Keberagaman di Sampoerna itu mutlak. Perusahaan bisa bertahan 111 tahun karena selalu punya orang yang tepat yang datang dari keberagaman dan kesetaraan," paparnya.
Sekedar catatan, Ivan memulai kariernya di Sampoerna pada 1996 sebagai Management Trainee. Perpindahan tugas ke beragam divisi dan berbagai pelatihan telah membantu lulusan Universitas Surabaya (Ubaya) itu secara bertahap dipercaya pada tugas-tugas besar hingga saat ini.
Ivan menjelaskan, Sampoerna juga menjadi tempat yang bagus bagi talenta-talenta PMI dari berbagai belahan dunia. Saat ini, banyak talenta PMI yang berkesempatan melihat dari dekat proses bisnis dan praktik kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas di Tanah Air.
Pada saat bersamaan, talenta asal Indonesia juga berkarier di sejumlah afiliasi PMI di seluruh dunia. Menurutnya, Sampoerna membantu memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya melalui rotasi pekerjaan, pelatihan, dan lainnya.
Ivan menyebut, salah satu talenta Sampoerna yang seangkatan dengan dirinya, yakni Mimi Kurniawan, saat ini dipercaya menjabat sebagai Chief Diversity Officer Philip Morris International (PMI). Hal itu, katanya, tidak lepas dari keragaman dan kesetaraan di Sampoerna yang tumbuh seiring sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai informasi, komitmen PMI, induk Sampoerna dalam menerapkan Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) telah berbuah berbagai penghargaan. Sampoerna, misalnya, telah mempertahankan penghargaan EQUAL-SALARY sejak 2018, yang menjamin kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama.
"Langkah-langkah ini menegaskan dedikasi kami dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil bagi semua," kata Ivan.
Pada tahun ini, Sampoerna, untuk ketiga kalinya, kembali dinobatkan sebagai salah satu LinkedIn Top Companies 2024. Penghargaan ini mempertimbangkan beberapa hal, seperti aspek perkembangan karier, peluang karyawan dipromosikan, dan penambahan keahlian baru.
Berkaca dari pengalaman berkarier selama 27 tahun di Sampoerna, Ivan menyebut perusahaan tidak hanya memberikan kesempatan berkarier, tetapi juga membantu pengembangan diri.
Sampoerna menyediakan banyak pelatihan yang terkait dengan core skill atau yang terkait dengan pengembangan dengan pendekatan manajemen kinerja, dan skills for future atau program pembelajaran yang menyediakan sertifikasi dari lembaga eksternal.
Untuk memberikan pelatihan bagi karyawan, Sampoerna bekerja sama dengan sejumlah lembaga kredibel di dalam dan luar negeri guna meningkatkan kemampuan dan kapasitas. Sampoerna ingin membantu karyawan mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga bisa berkontribusi bagi perusahaan dan masyarakat.
Hal serupa juga dilakukan bagi karyawan untuk mempersiapkan masa purna tugas melalui program Holistic Program for Employability (HOPE) yang menyediakan berbagai pelatihan, dari manajemen keuangan hingga kewirausahaan.
"Syarat karyawan untuk mengikuti berbagai pelatihan cuma satu, harus lulus," tegasnya.
Ivan melanjutkan, praktik keberagaman, kesetaraan dan inklusivitas dilakukan dalam semangat meritokrasi. Dia mengaku termasuk salah satu tim perumus praktik meritokrasi Sampoerna ketika awal kariernya.
Prinsip utama praktik meritokrasi Sampoerna, jelasnya, ialah tidak hanya menilai apa yang dicapai karyawan, tetapi juga bagaimana prosesnya yang dilakukan melalui penilaian atau kalibrasi berjenjang sehingga memastikan meritokrasi dilaksanakan dengan jelas.
"Meritokrasi itu sudah sehari-hari. Kami berupaya menata bagaimana Sampoerna menjadi lingkungan kerja yang inklusif, tidak memandang latar belakang. Semua punya kesempatan yang sama," pungkas Ivan.
(dpu/dpu)