Mengenal Boeing 777-300ER, Pesawat Turbulensi Maut Singapore Airlines
Jakarta, CNBC Indonesia - Insiden kembali menimpa dunia penerbangan. Sebuah pesawat Boeing 777-300ER milik Singapore Airlines melakukan pendaratan darurat di Bangkok, Thailand, Selasa (21/5/2024) setelah mengalami turbulensi hebat di Laut Andaman saat menerbangi rute London Heathrow-Singapura di bawah kode penerbangan SQ 321.
Pesawat dilaporkan mengalami turbulensi ekstrim tiba-tiba selama lebih dari satu menit di ketinggian 11.300 meter (37.000) kaki, sekitar 11 jam setelah pesawat berangkat dari London. Akibat insiden ini, satu penumpang dilaporkan meninggal dunia.
Kecelakaan ini sendiri menambah tinta buruk bagi Boeing 777. Pasalnya, pesawat yang akrab disebut Triple Seven ini merupakan pesawat berbadan lebar yang cukup jarang mengalami insiden kecelakaan.
Insiden SQ321 ini pun merupakan insiden mematikan pertama bagi Boeing seri 777-300ER dalam sejarah operasional jet yang seharga US$ 375 juta atau sekitar Rp 6 triliun (kurs Rp16.000/dolar) itu. Tercatat, kebanyakan kecelakaan mematikan yang melibatkan model 777 justru terjadi pada seri Boeing 777-200ER.
Pada Boeing tipe 777-200ER, kecelakaan fatal terjadi beberapa kali. Di tahun 2013, armada Boeing berbadan lebar itu yang dioperasikan oleh Asiana Airlines berkode penerbangan OZ 214 mengalami pendaratan keras atau hard landing saat mendarat di Bandara San Francisco, Amerika Serikat (AS).
Dalam insiden itu, pesawat tersebut mengalami kerusakan besar yang memicu kebakaran hebat. Insiden itu pun menewaskan tiga orang, di mana salah satunya disebut meninggal dunia lantaran tertabrak truk pemadam kebakaran.
Di tahun 2014, dua insiden besar kembali menimpa Boeing 777. Di bulan Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines bertipe Boeing 777-200ER dengan kode penerbangan MH 370 hilang kontak saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing, China.
Insiden ini merupakan kejadian yang belum bisa dipecahkan sepenuhnya hingga hari ini. Timbul spekulasi bahwa pilot membawa pesawat itu ke jalur yang salah menuju Samudera Hindia, di mana sejumlah serpihan pesawat ditemukan di kepulauan lautan itu. Seluruh kru dan penumpang yang berjumlah 239 orang pun juga tidak dapat ditemukan, namun diyakini telah tewas.
Tak lama setelahnya, pada Juli 2014, pesawat Boeing 777-200ER Malaysia Airlines meledak di udara dan jatuh di wilayah Donetsk, Ukraina, saat terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur dalam kode penerbangan MH17. Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 298 orang meninggal dunia.
Menurut penyelidikan, pesawat itu meledak setelah tertembak jatuh oleh rudal BUK buatan Rusia. Diketahui, wilayah jatuhnya pesawat sedang dalam kondisi perang antara pemberontak pro-Rusia melawan pemerintah Ukraina.
Di 2021, jaksa pengadilan Belanda mendakwa empat orang yakni Igor Girkin, Sergei Dubinsky, Oleg Pulatov, dan Leonid Kharchenko, secara in-absentia atas insiden ini. Mereka yakin tindakan ini sebagai tindakan pidana.
Lalu, di tahun 2016, sebuah pesawat Boeing 777-300 milik maskapai Emirates mengalami kebakaran hebat saat mendarat di Bandara Internasional Dubai setelah terbang dari Thiruvananthapuram, India. Tidak ada penumpang dan kru, yang berjumlah 300, orang yang tewas dalam insiden pesawat dengan nomor penerbangan EK 521 itu, namun seorang anggota pemadam kebakaran meninggal dunia.
Insiden Lainnya
Boeing 777 sendiri dilaporkan beberapa kali mengalami insiden non-mematikan. Walau begitu, beberapa diantaranya disebut-sebut sebagai insiden yang cukup berbahaya.
Di tahun 2008, sebuah pesawat Boeing 777-200ER milik British Airways berkode penerbangan BA 38 mengalami insiden saat mendarat di bandara Heathrow, London. Pesawat itu diketahui mendarat di rerumputan 330 meter sebelum seharusnya menyentuh aspal landasan.
Meski mendarat di rerumputan, seluruh 136 penumpang dan 16 awak dilaporkan selamat dalam insiden ini. Sejumlah media menyoroti kejadian ini sebagai 'keajaiban' karena selamatnya seluruh kru dan penumpang
Dalam penyelidikan, pesawat yang terbang dari Beijing, China, itu diketahui kehilangan daya sebelum mendarat. Tim investigasi menyebut bahwa hilangnya daya ini disebabkan oleh munculnya es kristal di tangki bensin pesawat.
Di tahun 2016, Sebuah pesawat Singapore Airlines SQ 386 Boeing 777-300ER mengalami kebakaran di sayap pesawat saat ingin lepas landas dari Bandara Changi Singapura menuju Milan, Italia.
Dalam insiden itu, pesawat berhasil membatalkan penerbangan. Seluruh penumpangnya dinyatakan selamat.
Investigator Singapura pada 2018 pun merilis hasil penyelidikannya terhadap insiden SQ 386 ini. Mereka menyebut adanya kebocoran bahan bakar karena retaknya salah satu tabung pesawat.
(sef/sef)