CNBC Insight

Tewas Kecelakaan Helikopter, Presiden Raisi Sosok Anti-Korupsi di Iran

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
20 May 2024 13:45
Presiden Iran Ebrahim Raisi saat mengunjungi proyek bendungan beberapa jam sebelum insiden helikopter. (Tangkapan Layar Video Reuters/POOL VIA WANA)
Foto: Presiden Iran Ebrahim Raisi saat mengunjungi proyek bendungan beberapa jam sebelum insiden helikopter. (Tangkapan Layar Video Reuters/POOL VIA WANA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Iran Ebrahim Raisi dikonfirmasi meninggal akibat kecelakaan helikopter di Pegunungan Barat Laut, Senin (20/5/2024). 

"Presiden Republik Islam Iran, Ayatollah Ebrahim Raisi, mengalami kecelakaan saat bertugas dan menjalankan tugasnya untuk rakyat Iran dan menjadi syahid," kata kantor berita Iran itu dikutip dari AFP.

Berita meninggal Ebrahim Raisi menimbulkan duka juga kontroversi sebab dia meninggal mendadak di tengah memanasnya konflik negaranya dengan Israel. Terlepas dari itu, lantas siapa sebenarnya sosok Ebrahim Raisi?

Ebrahim Raisi lahir pada 14 Desember 1960. Dia jadi salah satu anak cukup beruntung sebab tumbuh besar di keluarga ulama. Akibatnya dia berhasil menempuh pendidikan hingga tingkat universitas. Selain, berasal dari keluarga ulama membuatnya bisa diajari langsung oleh banyak ulama Iran. Atas dasar ini, Ebrahim tumbuh dalam pemikiran akademis dan religius yang matang. 

Ebrahim juga tercatat memiliki latar belakang hukum. Dari latar belakang inilah dia kemudian memilih jalan karier di dunia pengadilan. Sejak 1981, Ebrahim memulai karir sebagai jaksa kota yang kemudian berlanjut menjadi jaksa tingkat provinsi. Salah satu sorotan kepadanya terjadi pada tahun 1988.

Mengutip situs Britannica, Ebrahim kala itu jadi salah satu aktor intelektual di balik keputusan eksekusi massal terhadap tahanan politik Iran. Eksekusi ini dinilai oleh dunia internasional sebagai pembersihan tokoh yang kritis dan mencederai Hak Asasi Manusia. 

Langkah mulus Ebrahim sebagai jaksa kemudian mengantarkannya pada posisi jaksa di tingkat nasional. Pada 1990-an, dia menjabat sebagai jaksa senior yang biasa melakukan eksekusi atas perintah pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei. Di dunia peradilan, Ebrahim juga dikenal sebagai sosok yang tegas, kritikus handal, dan anti-korupsi.

Citra inilah yang kemudian menjadi modal untuk bertarung dalam kontestasi Pilpres Iran. Ebrahim pertama kali mengikuti Pilpres pada 2017. Dia menantang Hassan Rouhani karena menganggapnya salah langkah dalam kebijakan politik luar negeri. Kala itu, Rouhani membuat perjanjian nuklir internasional yang menurut Ebrahim menyudutkan Iran.

Sayang, upaya menjadi pemimpin Iran gagal. Dia harus kalah di posisi ke-2. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkahnya. Pada 2021, dia kembali bertarung di Pilpres Iran, tapi kali ini dia berhasil meraih suara tertinggi. Dia pun secara sah menjadi Presiden Iran ke-8 sejak 3 Agustus 2021.

Selama menjadi Presiden Iran, Ebrahim menjadi sosok yang anti-korupsi. Berbagai kasus korupsi berhasil diselesaikannya. Dia juga berhasil membangkitkan citra Iran di mata dunia internasional, khususnya terkait perjanjian-perjanjian nuklir. Dia juga pernah melakukan kunjungan kenegaraan pada Mei 2023. Dia bertemu Presiden Joko Widodo untuk membicarakan hubungan bilateral. 

Namun, kepemimpinannya juga tak selamanya mulus.

Dia berulangkali mendapat kritik soal Hak Asasi Manusia. Pernah pada 2022 dia mendapat protes hingga berujung kerusuhan karena tak bijak menangani penindasan terhadap kelompok perempuan dan minoritas.

Kiprah Ebrahim sebagai orang tertinggi ke-2 di Iran setelah Pemimpin Agung Iran harus terhenti pada 20 Mei 2024. Dia tewas akibat kecelakaan helikopter saat melakukan kunjungan kerja peresmian bendungan di salah satu kota di Iran.


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Helikopter Presiden Iran Jatuh di Hutan & Belum Ditemukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular