Gas Alam Cair Bakal Jadi Primadona di RI, Ini Buktinya

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
20 May 2024 17:15
LNG. (REUTERS/Issei Kato/File Photo)
Foto: LNG. (REUTERS/Issei Kato/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan bahwa gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) bakal memiliki masa depan yang bagus. Khususnya untuk menyuplai kebutuhan dalam negeri hingga pasar ekspor.

Penasehat Ahli Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjelaskan bahwa LNG bisa menjadi alternatif pengganti gas pipa apabila sumber pasokan gas cukup jauh dengan pasar. Sebagai contoh kebutuhan gas berada di Jawa Barat, namun sumber pasokannya berasal dari Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat.

"Kalau pasang pipa kan gak mungkin sama sekali, makanya jadi LNG, nanti LNG dikirim sehingga untuk PLN, pupuk, gas pipa juga, dan sebagainya. Jadi ke depan secara domestik aja demandnya akan naik terus," kata Nanang di sela acara The 48th IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024) dikutip Senin (20/5/2024).

Selain itu, prospek permintaan LNG yang datang dari luar negeri juga diperkirakan akan terus bertumbuh. Hal ini menyusul kebutuhan akan sumber pasokan gas dari negara seperti Jepang, Korea, Taiwan, China yang semakin besar.

"Kalau gas pipanya infrastrukturnya sudah bagus, mungkin LNG hanya untuk ekspor nantinya. Tapi untuk sekarang ini domestik juga butuh kan, PLN butuh, ini butuh, kemudian pupuk, ya sudah kan gak ada pilihan kita harus tingkatkan kapasitas," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahan bakar LNG mempunyai peran yang cukup penting dalam menyuplai kebutuhan energi di daerah yang belum dilewati gas pipa.

Meski demikian, ia mengakui harga LNG kalah kompetitif dibandingkan harga gas pipa, karena selain terdapat biaya pencairan, lalu tambahan biaya transportasi, ada juga biaya regasifikasi.

"Ya susah, kalau (LNG) gas kan dicairin, diangkut, nah itu kan ada ongkosnya tapi kan kita harus pikirkan satu, security energy," kata Arifin saat ditanya apakah harga LNG akan kompetitif dari gas pipa biasa, saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (8/2/2024).

Terpisah, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, sebelum Indonesia sepenuhnya menggunakan EBT, gas bumi menjadi sumber energi yang paling cocok untuk transisi. Apalagi Indonesia mempunyai sumber pasokan gas yang cukup melimpah saat ini.

"Kita masih punya banyak gas kita masih ekspor dalam bentuk gas pipa maupun LNG memang kita impor gas dalam bentuk LPG karena memang LPG itu kan propana butana, sedangkan yang kita gunakan transportasi adalah gas metana etana dan juga yang kita ekspor adalah LNG," kata Djoko dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Rabu (21/2/2024).

Masa depan gas di dalam negeri berupa LNG ini juga dipicu oleh pasokan gas bumi melalui pipa yang diperkirakan terus menurun, sementara proyek gas serta temuan cadangan gas baru akan difokuskan untuk diolah menjadi LNG, seperti Blok Masela.

Sedangkan dari sisi permintaan, diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Berdasarkan neraca gas bumi periode tahun 2023-2032, sektor industri menjadi salah satu konsumen pengguna gas cukup besar saat ini yakni mencapai 30,83%.

Kemudian, diikuti oleh sektor ketenagalistrikan 11,82%, dan pupuk sekitar 11%. Sementara untuk ekspor gas bumi dalam bentuk LNG sebesar 22,18%. Kemudian, melalui gas pipa yakni sebesar 8,40% dengan total konsumsi pada akhir 2023 mencapai 5.868 BBTUD.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGN Jaga Pasokan Gas Nasional di Masa Depan dengan Gas Cair

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular