Mau Jadi Negara Kaya, Indonesia 'Buka Pintu' untuk Investasi Jerman

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Kamis, 16/05/2024 17:35 WIB
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers terkait Perkembangan Isu Perekonomian Terkini di Gedung Ali Wardhana, Jakarta Pada Kamis (18/4/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perkonomian RI Airlangga Hartarto menegaskan Indonesia membuka pintu bagi investasi negara manapun, termasuk Jerman. Hal ini ditegaskannya dalam saat wawancara dengan media Jerman, Handelsblatt beberapa waktu lalu.

Airlangga mengungkapkan upaya membuka pintu kerja sama dengan Jerman dapat membantu Indonesia mencapai tujuan menjadi negara dengan ekonomi terpenting di dunia. Seperti diketahui, Indonesia berada pada peringkat 16 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Dalam 20 tahun, Indonesia bercita-cita menjadi nomor empat. Indonesia akan terus berupaya agar dapat masuk dalam kelompok negara dengan ekonomi terpenting dunia.

"Penguatan hubungan kerja sama ekonomi bilateral dengan berbagai negara tentunya akan membantu Indonesia mencapai tujuannya, termasuk juga kerja sama dengan Jerman," kata Airlangga, dalam pernyataan resmi, Kamis (15/11).


"Saya bertemu dengan Menteri Ekonomi Federal Robert Habeck dan berharap dapat memulai bisnis antara Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, dan Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara," paparnya.

Di samping itu, Airlangga mengatakan Indonesia menginginkan akses yang lebih baik terhadap teknologi dan investasi Jerman. Menurutnya, akses pasar yang lebih mudah juga penting bagi Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menegaskan bahwa Indonesia membuka peluang investasi dari semua pihak.

"Saya rasa investasi tidak memiliki bendera. Kami sangat terbuka untuk semua pihak. Jadi menurut saya (yang berinvestasi di Indonesia) bukan hanya Tiongkok, tapi juga ada AS di sisi tembaga (Freeport). Dulu juga ada Jepang di sisi bauksit. Oleh karena itu, untuk nikel kami belajar dari sejarah tersebut," ujarnya.

Sebelum investasi di nikel, Indonesia mengekspor baja hanya US$ 2 miliar. Itu sekitar tahun 2014. Namun sekarang jumlahnya mencapai US$ 26-30 miliar dalam setahun.Jadi ini merupakan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia," jelas Airlangga.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 68% Orang RI Tergolong Miskin -Jerman Hapus Hari Libur Nasional