Ngeri, Industri Pesawat-Tekstil Tak Kunjung Pulih dari Efek Pandemi
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah sektor industri belum sembuh dari saat masa Pandemi Covid-19. Penyebabnya mulai dari permasalahan struktural hingga aktivitas bisnisnya yang tak kunjung membaik akibat tekanan ekonomi global.
Kepala Departemen Riset Industri dan Regional Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, sejumlah sektor itu ialah industri angkutan udara, industri tekstil dan produk dari tekstil, industri furnitur, pengilangan migas dan batu bara, has, industri karet, hingga tanaman pangan.
Dendi mengatakan, untuk sektor angkutan udara rasio pemulihannya pada kuartal I-2024 dibanding kuartal IV-2019 baru 93,6%. Disebabkan oleh tingkat keterisian bangku yang tak kunjung pulih karena harganya tiket yang terlalu mahal.
"Jadi problem utamanya tadi kapasitas pesawat yang masih kurang dan kedua harga tiketnya mahal," ucap Dendi saat konferensi pers secara daring, Selasa (14/5/2024).
Adapun untuk industri tekstil dan produk dari tekstil atau TPT rasio pemulihannya baru 98,8%, dan furnitur baru 97,4%. Ia mengatakan, permasalahan pada sektor itu lebih disebabkan tak kunjung pulihnya pertumbuhan ekonomi global, membuat kinerja ekspor industri itu anjlok.
"Kalau dilihat dari kinerja ekspor terakhir ini yang mengalami kontraksi untuk TPT itu data Maret secara nilai terkontraksi 5% total ekspor garmen, terus furnitur terkontraksi minus 3%," tuturnya.
"Kontraksi di furnitur dan garmen ini jelas karena memang ada penurunan permintaan di negara maju atau di negara tujuan ekspor," tegas Dendi.
Untuk sektor industri pengilangan migas dan batu bara rasio pemulihannya baru 96,2%, dan sektor industri gas baru 96,1%. "Saya pikir ini lebih karena natural reasons karena memang cadangannya mengalami penurunan," ungkapnya.
Industri karet pemulihannya masuk ke dalam kategori lambat dengan rasio hanya 87,2%, bersamaan dengan pertambangan migas dan panas bumi yang hanya 82,5%, dan tanaman pangan yang paling lambat pemulihannya dengan rasio hanya 73,6%.
Dendi mengatakan, industri karet masih terus mengalami tekanan meski dari sisi harga sudah mulai naik tapi industri ini menghadapi permasalahan struktural karena produksinya tidak mengalami perkembangan akibat perkebunan karet yang banyak dialihkan ke sawit.
"Jadi itu juga natural sebetulnya menanam sawit lebih menguntungan. Dan kalau pertambangan migas juga karena natural permasalahan cadangan dan tanaman pangan juga relatif masih di bawah karena kemarin faktor cuaca," ujar Dendi.
(haa/haa)