
Sudah Diingatkan PBB, Israel Terus Gempur Rafah Saat Evakuasi Warga

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan Israel terus melakukan gempuran ke beberapa wilayah Gaza termasuk Rafah pada Sabtu (11/5/2024). Padahal, saat itu sedang dilakukan operasi evakuasi warga secara besar-besaran.
Di sisi lain, PBB telah memperingatkan bahwa invasi langsung ke kota yang padat penduduknya itu berisiko menimbulkan bencana masif.
Wartawan asing, petugas medis dan saksi mata melaporkan serangan di seluruh wilayah pesisir. PBB mengatakan bantuan kemanusiaan terhambat setelah pasukan Israel menentang tentangan internasional dan memasuki Rafah timur pekan ini. Sehingga membuat jalur penyeberangan bantuan utama dan menangguhkan lalu lintas melalui jalur lainnya tertutup.
Mengutip CNA, sedikitnya 21 orang tewas dalam serangan di Gaza tengah dan dibawa ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di kota Deir al-Balah.
Sebuah gambar memperlihatkan mayat-mayat yang diselimuti debu putih tergeletak di tanah di sebuah halaman di rumah sakit tersebut. Seorang pria bertopi bisbol membungkuk di atas salah satu kantong mayat, sambil menggenggam tangannya yang tertutup debu dan menonjol keluar. Kaki mayat lainnya menyembul dari balik selimut bergambar boneka beruang besar.
Di Rafah, para saksi mata melaporkan adanya serangan udara yang intens di dekat perbatasan dengan Mesir, dan foto-foto AFP menunjukkan asap mengepul di atas kota. Serangan lain juga terjadi di Gaza utara.
Pasukan Israel sejak hari Selasa lalu menyita dan menutup sisi Palestina dari penyeberangan Rafah yang mana semua bahan bakar masuk ke Gaza setelah memerintahkan penduduk Rafah timur untuk mengungsi.
Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat mengatakan bahwa "masuk akal untuk menilai" bahwa Israel telah melanggar norma-norma hukum internasional dalam penggunaan senjata dari Amerika Serikat, tetapi tidak menemukan cukup bukti untuk memblokir pengiriman.
Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS menyampaikan laporannya dua hari setelah Biden secara terbuka mengancam akan menahan bom dan peluru artileri tertentu jika Israel melakukan serangan habis-habisan ke Rafah, tempat 1,4 juta warga Palestina berlindung.
Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa kontrol Israel terus berlanjut dan penutupan penyeberangan Rafah memperparah bencana kemanusiaan"l di wilayah yang terkepung tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melenyapkan batalion Hamas di Rafah setelah tentara pada bulan Januari lalu membongkar struktur komando kelompok militan tersebut di Gaza utara.
Namun, pada hari Sabtu kemarin, Adraee mengatakan Hamas berusaha membangun kembali di sana dan memerintahkan evakuasi dari kamp pengungsi Jabalia di utara dan daerah Beit Lahia.
Hal senada juga dikatakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang mengatakan pada hari Jumat bahwa Gaza menghadapi bencana kemanusiaan yang luar biasa jika Israel melancarkan operasi darat berskala penuh di Rafah.
Tentara Israel mengatakan bahwa mereka telah membuka kembali penyeberangan Kerem Shalom di dekat Rafah pada hari Rabu, namun lembaga-lembaga bantuan memperingatkan bahwa mendapatkan bantuan melalui wilayah yang dikepung oleh militer itu masih sangat sulit.
Pada hari Jumat (10/5/2024), Gedung Putih mengatakan bahwa pihaknya belum melihat adanya operasi darat besar yang signifikan di Rafah, namun pihaknya tetap mengamati situasi dengan penuh keprihatinan.
Pemerintahan Biden telah menghentikan pengiriman 3.500 bom karena Israel tampaknya siap untuk menyerang Rafah.
Di New York, Majelis Umum PBB dengan suara sangat besar memberikan hak-hak tambahan kepada Palestina di badan global tersebut dan mendukung upaya mereka untuk menjadi anggota penuh, yang diveto oleh Washington di Dewan Keamanan.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Blokir PBB Masuk Rafah, Bantuan Kemanusiaan Makin Terancam