Israel Pede AS Tak Akan Hentikan Pasokan Senjata Meski Serang Rafah

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
09 May 2024 16:45
Kepulan asap terlihat usai tentara Israel melakukan serangan di Rafah di selatan Jalur Gaza, Senin (6/5/2024). (AP Photo/Ramez Habboub)
Foto: Kepulan asap terlihat usai tentara Israel melakukan serangan di Rafah di selatan Jalur Gaza, Senin (6/5/2024). (AP Photo/Ramez Habboub)

Jakarta, CNBC Indonesia - Israel masih percaya diri bahwa Amerika Serikat tidak akan menghentikan pasokan senjata, meskipun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini telah masuk ke Rafah untuk menginvasi wilayah selatan Gaza itu.

Juru Bicara IDF Daniel Hagari mengatakan, setiap perselisihan yang terjadi di antara Israel dan Amerika Serikat selalu selesai di balik pintu tertutup. Artinya, setiap keputusan resmi dilakukan tanpa harus diketahui publik.

Daniel menggambarkan koordinasi antara Israel dan Amerika Serikat selama ini terjaga "dalam ruang lingkung tanpa preseden sepanjang sejarah Israel." Hal itu ia sampakan dalam konferensi pers yang di gelar oleh media cetak Yedioth Ahronoth, dikutip Kamis (9/5/2024).

Ia pun mengklaim bahwa Israel selama ini telah bertanggung jawab untuk menjaga keamanan di kawasan Timur Tengah, termasuk di dalamnya untuk menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan itu.

"Kami bertanggung jawab atas kepentingan keamanan Israel dan kami terus memperhatikan kepentingan AS di wilayah ini," kata Daniel saat ditanya tentang terhentinga pengiriman bom berat dari AS.

Dia pun memuji-muji skala kerja sama antara IDF dan Pusat Komando Militer AS (CENTCOM) selama perang di Gaza, dengan mengatakan "ada sesuatu yang lebih penting daripada bantuan keamanan dan itu adalah dukungan operasional."

Pemerintahan Biden pada hari Selasa mengkonfirmasi laporan bahwa mereka baru-baru ini menahan pengiriman besar bom seberat 2.000 dan 500 pon yang dikhawatirkan akan digunakan Israel dalam operasi darat besar-besaran di kota Rafah, Gaza selatan yang padat penduduk.

Penghentian kiriman pasokan ini adalah pertama kalinya sejak pecahnya perang Israel-Hamas secara terbuka pada 7 Oktober lalu.

Washington dengan tegas menentang serangan besar di Rafah, karena meyakini Israel tidak mungkin dapat melakukan invasi sambil memastikan keselamatan jutaan lebih warga Palestina yang berlindung di sana.

Menurut pejabat pertahanan Israel, serangan ke Rafah penting karena empat dari enam batalyon Hamas yang tersisa berada di kota itu, bersama dengan anggota kepemimpinan kelompok teror dan sejumlah besar sandera yang diculiknya dari Israel selama serangan gencar 7 Oktober.

Selama berbulan-bulan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa pasukan Israel akan melakukan operasi untuk membasmi benteng terakhir Hamas di Rafah.

"Kami akan berurusan dengan Rafah dengan cara yang tepat bagi kami," kata Daniel Hagari dan memperingatkan bahwa "bahkan setelah kami berurusan dengan Rafah, akan ada terorisme. Hamas akan bergerak ke utara dan mencoba untuk berkumpul kembali, bahkan dalam beberapa hari mendatang. Ke mana pun Hamas kembali, baik di utara maupun di tengah Jalur Gaza, kami akan kembali beraksi."


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Tetap Dapat Miliaran Dolar Senjata AS Meski Disetop Biden

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular