Menteri ESDM Beri Sinyal Harga Gas Murah US$ 6 Industri Dilanjutkan
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan sinyal akan melanjutkan program harga gas 'murah' yakni Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) US$ 6 per juta British thermal unit (MMBTU) untuk tujuh kelompok industri di Indonesia.
Arifin mengatakan, rencana dilanjutkannya program harga gas 'murah' sebesar US$ 6 per MMBTU ini untuk bisa mendorong pertumbuhan di tujuh sektor industri tersebut. Terlebih, saat ini pemerintah juga tengah membangun infrastruktur gas. Perlu diketahui, program HGBT ini mulanya akan berakhir pada Desember 2024 mendatang.
Adapun ketujuh sektor industri tersebut antara lain industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, hingga sarung tangan karet.
"Ini (HGBT) insya Allah sih akan dilanjutkan. Dan kita juga sedang berupaya kan membangun lagi infrastruktur gas ya. Supaya memang bisa dimanfaatkan," jelasnya saat ditanya perihal kelanjutan HGBT setelah 2024, saat ditemui di acara Musrenbangnas, JCC Jakarta, Senin (6/5/2024).
Arifin mengharapkan, nantinya industri di dalam negeri bisa terus berkembang dengan adanya dukungan pemerintah untuk memberikan harga gas 'murah' tersebut.
Dia mengatakan, itu juga sejalan dengan harapan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk memiliki rencana taktis ke depannya, termasuk untuk program HGBT tersebut.
"Kita sih harapkan ya industri terus berkembang. Dengan harga tenaga itu kan competitiveness-nya juga. Tadi kan Presiden harapnya gini. Kita harus kompetitif kan, harus punya rencana taktis ya, taktis yang bisa meningkatkan competitiveness kita kan. Itulah salah satu ide itu dengan harga gas itu," tambahnya.
Selain itu, dia mengatakan nantinya infrastruktur gas yang saat ini tengah didorong untuk dibangun, nantinya bisa juga dimanfaatkan untuk program jaringan distribusi gas (jargas) untuk rumah tangga.
"Pak Presiden kan bilang ini jalur utamanya, cabangnya di mana, sama gas juga gitu. Nanti juga bisa jadi jargas itu. Jargas itu bisa gantiin impor LPG," ujarnya.
Dengan begitu, Arifin menyebutkan, pemanfaatan gas alam melalui jargas ini bisa mengurangi impor LPG, dan akhirnya bisa menghemat devisa negara.
"Kalau enggak kan makanya devisa kita abis semua. Sedangkan kan kita produksi gasnya akan banyak," tandasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa program HGBT masih akan berlaku hingga Desember 2024 mendatang. Hal itu seperti yang sudah tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 91.K/MG.01/MEM.M/2023 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri.
"Sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 91.K/MG.01/MEM.M/2023 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri, penyesuaian harga gas bumi tertentu berlaku sampai dengan akhir tahun 2024," jelas Dadan kepada CNBC Indonesia, Kamis (2/5/2024).
Dadan mengungkapkan saat ini pemerintah tengah mempertimbangkan program harga gas 'murah' sebesar US$ 6 per MMBTU untuk tujuh kelompok industri tersebut apakah akan dilanjutkan atau tidak. Hal itu dilakukan dengan memperhatikan hasil evaluasi antar kementerian yakni dengan Kementerian Perindustrian.
"Keberlanjutan HGBT dapat dipertimbangkan dengan memperhatikan kecukupan penerimaan bagian dan berdasarkan hasil evaluasi atas implementasi HGBT dari Kementerian Perindustrian," ungkapnya.
Selain itu, Dadan juga menyebutkan saat ini pemerintah masih melakukan pembahasan perihal kelanjutan program HGBT pasca tahun 2024 mendatang antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian.
"Saat ini sedang dilakukan pembahasan bersama antara Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perindustrian terkait keberlanjutan kebijakan HGBT pasca 2024," tutupnya.
(wia)