
Menteri ESDM Blak-blakan Alasan Setujui IUPK Freeport Sampai 2061

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan bahwa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PT Freeport Indonesia (PTFI) yang saat ini berlaku sampai tahun 2041, bisa diperpanjang hingga 2061.
Untuk memfasilitasi perpanjangan IUPK Freeport hingga 2061, pemerintah kini tengah merevisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 96 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Arifin mengatakan, proses revisi PP No.96 tahun 2021 ini masih berada di Kementerian Sekretariat Negara.
"Ini (revisi PP 96/2021) kan masih ada di Sekneg. Kita tunggu saja," katanya saat ditemui di acara Musrenbangnas, JCC Jakarta, Senin (6/5/2024).
Poin yang direvisi khususnya berkaitan dengan tenggat waktu pengajuan perpanjangan IUPK. Pada PP 96/2021 tersebut disebutkan bahwa perpanjangan IUPK baru bisa dilakukan paling cepat 5 tahun atau paling lambat 1 tahun sebelum masa berlaku izin usaha pertambangan tersebut berakhir.
Jika mengikuti aturan tersebut, artinya Freeport belum bisa mengajukan perpanjangan IUPK pada tahun ini dan mesti menunggu sampai 2036, 5 tahun sebelum IUPK berakhir pada 2041 mendatang.
Lantas, mengapa akhirnya pemerintah setuju untuk memberikan perpanjangan IUPK Freeport untuk 2041-2061 mendatang?
Arifin menjelaskan, perpanjangan IUPK Freeport hingga 2061 mendatang dengan tujuan agar bisa menjaga pasokan bijih tembaga untuk kebutuhan smelter atau fasilitas pemurnian dan pemrosesan milik Freeport. Khususnya, smelter terbaru yang dibangun di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
"Iya (diperpanjang) 2061. Karena gini ya, karena dia kan bangun smelternya, smelternya kan kapasitasnya besar, yang baru maupun yang existing. Jadi memang membutuhkan kepastian pasokan ininya, ore-nya," ujarnya.
Dia mengatakan, jika Freeport hanya mengandalkan cadangan pasokan bijih yang ada saat ini, maka akan menimbulkan kerugian untuk memasok smelter tembaga yang akan beroperasi hingga tahun 2061 mendatang.
"Kalau dengan mengandalkan ore yang sekarang ini, kemungkinan dia produksinya akan turun. Dia kan rugi kan," kata Arifin.
Dengan begitu, Arifin menyebutkan nantinya Freeport harus melakukan eksplorasi lanjutan di wilayah kerja Freeport untuk memenuhi kebutuhan pasokan smelter tembaga tersebut hingga tahun 2061 mendatang.
"Jadi memang dengan adanya itu, dia akan mengalokasikan anggaran untuk melakukan eksplorasi di daerah kerjanya dia. Sehingga bisa memastikan nanti 2061 smelternya itu bisa terjamin pasokan itu," ungkapnya.
Sebagai informasi, sumber daya Freeport Indonesia saat ini tercatat sebesar 3 miliar ton dan diperkirakan cukup hingga 2050. Produksi bijih (ore) saat ini sekitar 220.000 ton per hari dari tambang bawah tanah. Sejak 2020 lalu PTFI telah menghentikan aktivitas produksi di tambang terbuka (open pit) Grasberg, dan bertahap meningkatkan produksi di tambang bawah tanahnya.
Adapun area produksi tambang Freeport ini berada di lahan seluas 9.946 Hektare (Ha) dan luas area penunjang sebesar 116.783 Ha di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Dari produksi bijih (ore) tersebut kemudian diolah menjadi konsentrat tembaga. Dari kapasitas produksi sekitar 3 juta ton konsentrat per tahun, perusahaan mengirim konsentrat sekitar 1 juta ton per tahun ke smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur, yang dioperasikan PT Smelting, untuk kemudian diolah menjadi logam atau katoda tembaga. Dan selebihnya diekspor.
Namun pada 2024, perusahaan akan mengirimkan semua konsentratnya ke smelter dalam negeri. Pasalnya, perusahaan tengah mengerjakan proyek ekspansi smelter PT Smelting yang bisa meningkatkan penyerapan pengolahan konsentrat sebesar 300.000 ton menjadi 1,3 juta ton per tahun.
Lalu, perusahaan juga tengah membangun smelter baru di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Adapun kapasitas smelter baru ini yaitu mengolah 1,7 juta ton konsentrat per tahun dan bisa menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga per tahun.
Sampai pada Maret 2024 lalu, progres pembangunan smelter sudah mencapai 93%-an.
Smelter baru dengan investasi sekitar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini ditargetkan mulai beroperasi pada Juni 2024, dan secara bertahap diperkirakan akan beroperasi penuh (full capacity) pada Desember 2024.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Freeport Usulkan Relaksasi Ekspor Setelah Mei 2024