Isolasi Israel Meningkat Pasca Turki Putuskan Hubungan Dagang

Thea Arbar, CNBC Indonesia
04 May 2024 15:45
Foto kolase Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Getty Images via AFP & ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS)
Foto: Foto kolase Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Getty Images via AFP & ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki mengatakan pihaknya tidak akan melanjutkan perdagangan dengan Israel sampai adanya "gencatan senjata permanen" di Gaza. Langkah itu dilakukan setelah sejumlah negara memutus hubungan diplomatik dengan Israel.

Turki mengatakan pada Jumat (3/5/2024) bahwa pihaknya akan menangguhkan semua perdagangan dengan Israel sampai ada "gencatan senjata permanen" di Jalur Gaza.

Laporan New York Times menyebut ini akan menjadi deretan sanksi internasional terbaru terhadap Israel dan sebagai tekanan global untuk mengakhiri perang di wilayah tersebut.

Pengumuman Turki ini melanjutkan pernyataan pada hari sebelumnya di mana mereka telah menghentikan semua perdagangan dengan Israel sampai "bantuan kemanusiaan yang memadai dan tidak terputus diizinkan masuk ke Gaza."

Namun ketika Turki mengumumkan tindakan tersebut, Israel terus berulang kali memperingatkan sedang mempersiapkan serangan di kota Rafah di Gaza selatan, yang menurut PBB dapat mengakibatkan "pembantaian" di Gaza.

Saat mengumumkan penangguhan perdagangan, Menteri Perdagangan Turki Omer Bolat berbicara tentang "sikap tanpa kompromi" Israel.

Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada sebuah asosiasi bisnis pada Jumat bahwa ia mengantisipasi reaksi balik dari negara-negara Barat, namun Turki telah memutuskan untuk "berdiri berdampingan dengan mereka yang teraniaya."

Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz bereaksi terhadap tindakan tersebut dengan mengecam Erdogan. "Beginilah perilaku seorang diktator, mengabaikan kepentingan rakyat dan pengusaha Turki, serta mengabaikan perjanjian perdagangan internasional," kata Katz dalam postingan media sosialnya.

Turki memiliki surplus perdagangan yang besar dengan Israel, menurut angka terbaru PBB, dengan ekspor ke Israel sebesar US$5,4 miliar tahun lalu dan impor ke Israel sebesar US$1,64 miliar.

Adapun Erdogan mengkritik pemboman Israel di Gaza dan juga membela Hamas. Pada April, ia bertemu dengan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas. "Israel pasti akan menanggung akibat dari kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina suatu hari nanti," katanya saat itu.

Isolasi internasional Israel meningkat seiring dengan meluasnya serangan militer Israel yang menghancurkan di Gaza. Beberapa negara telah menurunkan peringkat hubungan mereka sementara negara lain memutuskan hubungan sama sekali.

Mitra dekat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan Jerman, meskipun masih tetap mendukung Israel, telah menjadi lebih terbuka kritis terhadap tindakan Israel dan terhadap peningkatan jumlah bantuan kemanusiaan ke Gaza yang belum lama ini meningkat namun masih belum memadai.

Pada Rabu, Kolombia menjadi negara terbaru di Amerika Tengah atau Selatan yang memutuskan hubungan dengan Israel, menyusul Bolivia dan Belize pada awal perang. Kolombia telah menarik duta besarnya untuk Israel, begitu pula Chile dan Honduras.

Negara-negara Arab seperti Yordania dan Bahrain, yang bekerja sama erat dengan Israel dalam bidang keamanan, juga memulangkan duta besar mereka pada awal perang di tengah kemarahan publik atas meningkatnya jumlah korban tewas.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Ramadan, Turki Kirim Makanan & Obat-obatan ke Gaza

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular