KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan RI Tetap Aman!
Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau disingkat KSSK menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga didukung oleh kondisi APBN, koordinasi kebijakan fiskal, dan moneter yang kuat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menjadi ketua KSSK menilai stabilitas ini tetap didapat di tengah ketidakpastian global, terkait kondisi fiskal, moneter serta gejolak geopolitik yang mendorong tekanan pada pasar keuangan global. Hal ini, kata Sri Mulyani, juga merembet ke pasar domestik.
"Ini juga merembet ke pasar domestik. KSSK akan terus melakukan assesment forward looking atas kinerja ekonomi dan keuangan seiring dengan risiko ketidakpastian global dan keuangan global yang meningkat juga gejolak geopolitik yang ekskalatif," kata Sri Mulyani dalam paparan hasil rapat triwulanan KSSK, Jumat (3/5/2024).
Untuk itu, kata Sri Mulyani, KSSK akan berkomitmen untuk memperkuat koordinasi dan sinergi serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global serta gejolak geopolitik, termasuk rambatannya pada perekonomian domestik.
KSSK juga menilai ekonomi Indonesia tetap resilien di tengah dinamika global. Bahkan, ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5% pada kuartal I-2024, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2023.
Sri Mulyani mengungkapkan ketahanan ekonomi Indonesia didukung oleh permintaan domestik yang kuat dari sisi konsumsi pemerintah, rumah tangga dan LNPRT seiring dengan penyelenggaraan Pemilu yang mendorong front loading belanja pemerintah.
Selain itu, kebijakan APBN a.l. kenaikan gaji ASN, pensiunan ASN serta pemberian THR dan tunjangan kinerja 100% turut memberikan dukungan pada belanja pemerintah dan memperkuat belanja masyarakat.
"Sementara itu, investasi bangunan juga lebih tinggi dari perkirakan ditopang berlanjutnya PSN di sejumlah daerah dan aktivitas konstruksi properti swasta sebagai dampak positif dari insentif pemerintah," kata Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani mengingatkan kinerja ekspor diperkirakan masih belum cukup kuat sejalan dengan moderasi harga-harga komoditas dan lemahnya permintaan global.
"Dengan perkembangan itu pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 diperkirakan tetap berada di sekitar 5%," tegas Sri Mulyani.
Sementara itu, KSSK melihat perekonomian dunia diproyeksi relatif stagnan. "Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang," ujarnya.
Namun, kebijakan moneter AS yang mempertahankan suku bunga lebih lama dan penundaan pemangkasan suku bunga serta tingginya yield US Treasury menyebabkan arus modal portofolio keluar dari negara berkembang pindah ke AS.
"Dan ini menyebabkan penguatan dolar AS dan melemahnya berbagai mata uang dari berbagai negara," ujar Sri Mulyani.
Lebih lanjut, dia mengatakan, ke depan risiko terkait potensi penundaan pemangkasan suku bunga acuan The Fed dan tingginya yield serta penguatan dolar AS dan eskalasi dari ketegangan geopolitik global akan terus dicermati.
"KSSK akan terus siaga mengantisipasi dengan respons kebijakan yang sinergis dan efektif untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan dan ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia dan stabilitas sistem keuangan Indonesia," kata Sri Mulyani.
(haa/haa)