Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan di Industri Batu Bara RI, Apa Saja?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
03 May 2024 14:25
Pandu Sjahrir saat berbincang berbagi pengalaman dalam acara Investment Expo 2023 di Central Park, Jakarta, Kamis (14/9/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pandu Sjahrir saat berbincang berbagi pengalaman dalam acara Investment Expo 2023 di Central Park, Jakarta, Kamis (14/9/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Pandu Patria Sjahrir mengingatkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi pengusaha batu bara ke depan.

Hal tersebut menyusul diserahkannya estafet kepemimpinan Ketua Umum APBI kepada Priyadi, yang saat ini menjabat Presiden Direktur PT Adaro Indonesia.

Setidaknya, Pandu menyoroti berbagai tantangan di industri pertambangan batu bara yang terjadi selama dekade terakhir, mencakup periode tiga kali kepemimpinannya.

Ia menekankan isu-isu kritis seperti kewajiban pasokan batu bara dalam negeri (DMO) dan penetapan harga batu bara yang ditujukan untuk sektor kelistrikan.

"APBI-ICMA mencoba hadir dalam menerima berbagai keluhan dan masukan anggota hingga mengkomunikasikan dengan Pemerintah, mencari jalan terbaik agar setiap tantangan yang dihadapi dapat teratasi, sambil mengutamakan kebutuhan nasional dan sosial," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (3/5/2024).

Selain itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya peran legislasi dalam mengarahkan industri, khususnya sejak disahkannya Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batu Bara yang memindahkan sejumlah wewenang dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat.

"Transisi ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan keanggotaan asosiasi tetapi juga membawa dinamika regulasi baru bagi industri," imbuhnya.

Selama menjabat, Pandu mengatakan bahwa APBI-ICMA telah menangani berbagai isu, termasuk pemenuhan kebutuhan batu bara dalam negeri, royalti, Harga Batu bara Acuan, kewajiban penggunaan kapal dan asuransi nasional, devisa hasil ekspor, hingga permasalahan ship to ship transfer di Muara Berau, pengurusan AMDAL, dan masih banyak lagi.

"Peran asosiasi tidak hanya sebatas penyelesaian masalah, tetapi juga mencakup inisiatif berbagi pengetahuan dan pembentukan pedoman untuk kepentingan bersama," ujarnya.

Di samping itu, penerapan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) juga tidak lagi bisa dipisahkan dari bisnis, terlebih pertambangan batu bara. Penyamaan visi dan misi untuk pelaksanaan tata kelola tambang yang baik dan berkelanjutan, serta mengedepankan aspek lingkungan dan sosial juga selalu digaungkan dan menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan seluruh anggota.

"Tak kalah pentingnya saat ini adalah bagaimana Asosiasi berperan dalam menyelaraskan dengan misi Pemerintah Indonesia di era transisi energi dan upaya untuk mencapai target net zero emission di tahun 2060. Transisi energi bukan lagi sebuah wacana namun sudah di depan mata," ujarnya.

Pandu berharap kepengurusan APBI-ICMA ke depan dapat semakin solid dalam menyelesaikan isu-isu penting yang muncul dan hadir sebagai wadah komunikasi antar anggota. Tidak hanya pengurus, namun keterlibatan anggota dalam memberikan masukan menjadi kunci utama keberhasilan sebuah asosiasi.


(ven)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 40% Perusahaan Batu Bara Belum Disetujui Rencana Kerjanya, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular