Efek Dolar, Bulog Ungkap Harga Beras-Jagung Ikut Terkerek Naik

Martya Rizky, CNBC Indonesia
25 April 2024 19:15
Suasana aktivitas pembongkaran beras impor dari Vietnam yang baru tiba di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan menggunakan Kapal MP Fortune, Kamis (21/3/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana aktivitas pembongkaran beras impor dari Vietnam yang baru tiba di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan menggunakan Kapal MP Fortune, Kamis (21/3/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal berdampak terhadap biaya impor beras dan jagung. Bahkan, ia menyebut kenaikan bakal terasa langsung.


"Dampaknya kalau terjadi peningkatan dolar atau pelemahan rupiah maka itu langsung (naik). Jadi tonase (beras dan jagung impor) dikali dengan harga kurs. Kalau kursnya naik 10% maka total kebutuhan biaya untuk membayar impor naik 10%. Itu langsung (naik) sifatnya," kata Bayu dalam agenda Halal Bihalal di Jakarta, Kamis (25/4/2024).


Bayu menjelaskan, dampak dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS itu dapat dikalkulasi dengan membandingkan biaya Perum Bulog dalam asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan nilai dolar riil.


"Anda bisa melihat perbedaan antara dolar riil dengan asumsi APBN, di situlah terjadinya kenaikan biaya Bulog," terang dia.


Untuk itu, pihaknya selalu menyarankan agar kebijakan stabilisasi pangan dilakukan dalam jangka panjang, untuk mampu mengelola risiko serupa. Dengan program stabilisasi jangka panjang, menurutnya, risiko kenaikan harga dolar bisa diredam dengan kontrak pembelian jangka panjang.


"(Stabilisasi pangan jangka panjang) saya tidak hanya mengatakan untuk impor, tapi dalam negeri juga. Itu pentingnya kita punya kebijakan jangka panjang. Bukan karena kita ingin impor dalam jangka panjang, tapi kita bisa membuat perencanaan dan melakukan antisipasi risiko yang mungkin terjadi," jelasnya.


Lebih lanjut, Bayu menyampaikan bahwa kebijakan impor sepenuhnya bersifat penugasan. Sejalan dengan itu, maka biaya importasi beras dan jagung bakal bersifat pass through, alias dibebankan kepada APBN.


Pihaknya pun sudah berdiskusi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) serta perbankan yang melakukan pembiayaan impor, untuk melakukan perhitungan bersama dalam menghadapi situasi pelemahan nilai tukar rupiah.


"Bulog telah melakukan stress test yang terus menerus diperbaharui dari waktu ke waktu (dengan) melihat pergerakan rupiah kepada dolar. Kita terus lakukan simulasi sampai dengan saat ini. Bisa saya sampaikan bahwa, dengan kerja sama intens bersama Kemenkeu dan perbankan, kegiatan Bulog untuk memperkuat stok masih bisa terjaga," ucapnya.


Selain itu, Bayu mengatakan pihaknya sampai dengan saat ini terus menjaga kredibilitas, khususnya terhadap supplier untuk menjamin bahwa Bulog masih cukup cair dalam membiayai kegiatan impor.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: BULOG: Realisasi Penyaluran Beras Mencapai 10-12 Ribu Ton/Hari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular