Bos Pengembang Sebut Properti RI Bak Raksasa Tidur, Apa Sebabnya?

Damiana, CNBC Indonesia
24 April 2024 18:48
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto mengatakan, industri properti di dalam negeri seperti raksasa tidur yang ditidurkan.

"Properti atau industri perumahan dalam 1 dasawarsa ini diperlakukan dan mendapat akomodasi yang belum sesuai dengan proporsinya. Ini kita lihat dari angka backlog perumahan, yang tahun 2010 mencapai 13,5 juta. Lalu pada tahun 2020 hanya turun menjadi 12,7 juta. Artinya, ada hampir 20% kepala keluarga yang tak memiliki rumah layak huni," kata Joko  dalam Propertinomic CNBC Indonesia, Rabu (24/4/2024).

Karena itu, ujarnya, REI mengusulkan paradigma baru, propertinomic.

Paradigma ini, kata dia, melihat industri properti/ perumahan sebagai satu kesatuan yang didukung oleh 185 industri sebagai tulang punggungnya (backbone). 

"Dari data yang ada, properti ini adalah big giant atau raksasa yang sedang ditidurkan. Kenapa saya sebut begitu? Karena industri properti ini adalah padat karya, backbone-nya 185 industri. Ketika industri suatu proyek ini jadi subjek kebijakan, maka mesin ekonominya, yang saya sebut 185 industri backbone tadi, akan tumbuh," ujarnya.

Ketua Umum DPP REI, Joko SurantoFoto: Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto
Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto

"Kalau bertumbuh ekonominya akan panas. Dan, pertumbuhan juga akan kena ke mereka yang belum punya rumah. Ketika ini didorong dan dipahami, maka akan muncul keberpihakan, maka akan ada kebijakan," tambahnya. 

Joko menuturkan, industri properti/ perumahan RI berkontribusi 14% terhadap PDB Indonesia, 35-50% pendapatan asli daerah (PAD), dan 9% terhadap APBN. Dan, menyerap sekitar 14-17 juta tenaga kerja. 

"Ini adalah kontribusi yang besar," imbuh dia.

"Namun, kita tahu, sumbangan PDB ini, Indonesia masih kalah dibandingkan properti di Malaysia dan Thailand, bahkan Filipina," kata Joko.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Properti Percaya Rencana Prabowo Bangun 3 Juta Rumah, Ini Sebabnya

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular