Mengapa Taiwan-Jepang Sering Dilanda Gempa Besar-Picu Warning Tsunami?
Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa bumi besar telah melanda bagian timur Taiwan pada Rabu (3/4/2024) sesaat sebelum pukul 08.00 pagi waktu setempat. Akibatnya ini memicu peringatan tsunami bagi pulau yang memiliki pemerintahan mandiri serta sebagian wilayah Jepang bagian selatan hingga ke Filipina.
Melansir AFP, Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan gempa tersebut berkekuatan 7,4 skala Richter, dengan pusat gempa 18 kilometer selatan Kota Hualien Taiwan pada kedalaman 34,8 km.
Sementara itu, Badan Meteorologi Jepang menyebutkan magnitudo 7,5.
Badan ini juga memperkirakan gelombang tsunami setinggi 3 meter yang akan segera melanda pulau-pulau terpencil Jepang di wilayah tersebut, termasuk pulau Miyakojima. Terbaru, skala ancaman tsunami diturunkan dengan ancaman gelombang setinggi 1 meter.
Tayangan TV langsung dari pelabuhan di wilayah Okinawa, termasuk Naha, menunjukkan kapal-kapal menuju ke laut, kemungkinan dalam upaya melindungi kapal mereka.
Mengapa Taiwan & Jepang Sering Dilanda Gempa?
Taiwan dan Jepang sering dilanda gempa bumi karena lokasinya terletak di dekat pertemuan dua lempeng tektonik.
Guncangan berkekuatan 7,6 skala Richter melanda Taiwan pada bulan September 1999, menewaskan sekitar 2.400 orang dalam bencana alam paling mematikan dalam sejarah pulau itu.
Di sisi lain, Jepang mengalami sekitar 1.500 guncangan setiap tahunnya. Sebagian besarnya bersifat ringan, meskipun kerusakan yang diakibatkannya bervariasi sesuai dengan kedalaman pusat gempa di bawah permukaan bumi dan lokasinya.
Tingkat keparahan tsunami, rangkaian gelombang besar dan berpotensi merusak yang dapat bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam, juga bergantung pada banyak faktor.
Gempa yang lebih besar biasanya hanya menimbulkan sedikit kerusakan di Jepang dan Taiwan berkat teknik konstruksi khusus dan peraturan bangunan yang ketat.
Jepang juga telah mengembangkan prosedur dan teknologi canggih untuk memperingatkan dan mengevakuasi orang-orang bila diperlukan.
Gempa bumi terbesar di Jepang yang pernah tercatat adalah guncangan bawah laut berkekuatan 9,0 di lepas pantai timur laut Jepang pada Maret 2011, yang memicu tsunami yang menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang.
Bencana tahun 2011 juga menyebabkan tiga reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima hancur, menyebabkan bencana terburuk pasca perang di Jepang dan kecelakaan nuklir paling serius sejak Chernobyl.
Total biaya diperkirakan mencapai 16,9 triliun yen atau sekitar Rp1.774 triliun, belum termasuk biaya pelucutan fasilitas Fukushima yang berbahaya, yang diperkirakan memakan waktu puluhan tahun.
Meskipun pedoman pembangunan lebih ketat, banyak bangunan, terutama di luar kota-kota besar Jepang yang sudah tua dan rentan.
Hal ini terjadi pada gempa Hari Tahun Baru berkekuatan 7,5 skala Richter pada tahun 2024, yang melanda Semenanjung Noto dan menewaskan lebih dari 230 orang, banyak di antaranya ketika bangunan-bangunan tua runtuh.
(luc/luc)