
3 Pemicu Deflasi Tarif Angkutan Udara di Bulan Ramadan

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melihat inflasi angkutan udara pada momen Ramadan ini belum menunjukkan lonjakan yang signifikan.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan angkutan udara yang mengalami deflasi 0,97% karena belum banyak masyarakat yang akan mudik.
"Bulan Maret masih sedikit masyarakat yang belum menggunakan angkutan udara dari sisi permintaan dan dari sisi supply banyak maskapai yang tidak naikkan tarifnya ini adalah mekanisme supply demand dan bahkan ada yang berikan tarif lebih rendah dibanding Februari," kata Amalia, Senin (1/4/2024).
Kedua, ada provinsi yang naikkan jumlah rute dan frekuensi. Amalia melihat ini tentunya sangat baik menekan tarif angkutan udara, contohnya Bangka-Belitung untuk bandara pangkal pinang lalu jumlah penerbangan Jakarta bali frekuensi makin banyak.
Ketiga, BPS mengungkapkan ada kebijakan pemerintah menurunkan tarif angkutan udara untuk daerah wisata super prioritas a.l. Bali, Labuan Bajo dan Lombok.
Dia mengungkapkan inflasi Ramadan kali ini sedikit berbeda dari inflasi sebelumnya.
Pada Ramadan-Lebaran 2022 dan 2023, kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan inflasi pada momen Ramadan-Lebaran adalah biasanya makanan, minuman dan tembakau serta transportasi.
Namun, berbeda pada kondisi itu pada Ramadan tahun ini kelompok pengeluaran yang memberikan andil selain makanan, minuman dan tembakau yang terbesar kedua adalah peralatan pribadi andil 0,04%.
"Sementara itu kelompok transportasi andil inflasi lebih rendah 0,01% pada bulan Maret 2024," ungkapnya.
Hal ini, kata Amalia, didorong oleh tarif angkutan udara yang pada Ramadan tahun ini mengalami deflasi 0,97%. Jika dirinci terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif udara dan 17 provinsi yang mengalami inflasi tarif angkutan udara dan 1 provinsi mengalami stagnasi inflasi angkutan udara.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Perhiasan Sampai Sembako Melonjak di Akhir Tahun