
Bulog Buka-bukaan, Serapan Gabah Lokal Masih Minim-Beras Impor Mahal

Jakarta, CNBC Indonesia - Perum Bulog menegaskan bakal lebih berhati-hati dalam mengandalkan pasokan beras dari impor. Di sisi lain, Bulog mengaku belum optimal dalam menyerap gabah atau beras dari petani lokal. Sehingga untuk mengisi cadangan beras pemerintah (CBP) masih didominasi pasokan impor.
Seperti diketahui, pemerintah menugaskan Bulog mengimpor 3,6 juta ton beras sampai akhir tahun 2024 nanti. Keputusan impor itu dilakukan untuk mengisi stok CBP, agar pemerintah bisa melakukan intervensi harga beras yang terus melonjak. Diantaranya dengan terus menggelar operasi pasar beras lewat Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan (SPHP), gerakan pangan murah (GPM), juga penyaluran bantuan beras 10 kg kepada sekitar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Khusus terkait bantuan beras, dilakukan untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah dari efek lonjakan harga beras yang saat ini masih jauh di atas harga tahun 2023.
Akibat impor beras yang terus berlanjut sejak akhir tahun 2022, Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog Sonya Mamoriska mengatakan, Indonesia kini jadi importir beras terbesar di dunia. Karena itu, imbuh dia, Bulog saat ini tengah berhati-hati dalam melakukan impor beras.
Belum lagi, dia menambahkan, harga beras di pasar dunia cukup melonjak tinggi.
"Harga di pasar dunia itu memang cukup melonjak tinggi kemarin ya. Ketika kita melakukan impor. Apalagi Indonesia sebagai pembeli terbesar di pasar dunia. Begitu kita masuk ke dalam pasar dunia. Itu harga akan panas gitu ya, akan segera naik gitu ya. Jadi kita pun juga harus berhati-hati dalam melakukan pembelian masuk ke pasar dunia," kata Sonya dalam Dialog Publik bertema Memastikan Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Pangan Jelang dan Pasca Lebaran 2024 di Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Bulog, tambahnya, terus melakukan penyerapan gabah atau beras dari petani lokal. Yang diharapkan menstabilkan harga di hulu dan hilir industri pertanian. Namun karena panen yang mundur, dan jumlah produksi yang berkurang, serapan gabah dan beras Bulog jadi belum optimal.
Dia menyebut jumlah serapan gabah atau beras dari dalam negeri sampai dengan Maret 2024 ini baru mencapai 27 ribu ton.
"Di akhir tahun lalu juga terjadi defisit. Sehingga kita juga belum bisa optimal dalam menyerap gabah atau beras dalam negeri. Bisa dilihat di sini kita baru mencapai 27 ribu ton, sampai dengan bulan Maret. Dan kalau dilihat trafiknya, itu memang agak shifting ke kanan, karena memang panennya agak mundur. Jadi kita sangat-sangat mengandalkan dari impor," kata Sonya.
Sonya mengungkapkan, sejak tahun 2022 sampai 2024 ini, Bulog sudah mengimpor sebanyak 3,9 juta ton beras berdasarkan penugasan dari pemerintah. Berbagai beras yang ada itu kemudian disalurkan untuk berbagai program.
Adapun sejumlah negara yang menjadi sumber utama impor beras, diantaranya Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar, dan Kamboja. Sonya menyebut India sebelumnya sempat menjadi sumber impor beras, tapi saat ini sedang memberlakukan larangan ekspor karena persoalan politik di dalam negerinya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Tanda-tanda Petani 'Tumpuk' Beras, Diduga Ini Sebabnya