Waspada! Sri Mulyani Ingatkan Bahaya Ini Ancam RI

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
25 March 2024 11:52
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (25/3/2022). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (25/3/2022). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia di Februari 2024 kembali mengalami surplus. Capaian ini melanjutkan torehan positif neraca perdagangan Indonesia yang selalu surplus selama 46 bulan.

Kendati demikian, surplus ini semakin tergerus seiring dengan turunnya ekspor dan naikknya impor. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengingatkan agar risiko ini diwaspadai.

"Anda lihat neraca perdagangan meski surplus mengalami penurunan tajam karena ekspornya kontraksi sementara impor double digit growth levelnya tetap surplus US$ 19,31 miliar kurang US$ 18,44 miliar, namun level surplusnya turun," paparnya dalam konferensi pers APBN 2024, Senin (25/5/2024).

"Ini yang perlu kita waspadai dari sisi external balance," ujarnya.

Indonesia membukukan surplus selama 46 bulan beruntun pada Februari 2024. Catatan surplus ini menjadi pencapaian Presiden Joko Widodo(Jokowi) terpanjang di Era Reformasi dan salah satu yang terbaik dalam sejarah Indonesia.

Pencapaian ini juga terbilang luar biasa mengingat neraca dagang Indonesia pada 2018 hingga 2019 lebih kerap diwarnai defisit. Pada periode Juli 2018-Januari 2020, neraca dagang mencatat defisit 13 kali defisit dan lima kali.

Setelah melewati pencapaian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yakni surplus selama 42 bulan, Jokowi diproyeksi akan melewati pencapaian terbaik di era Soeharto yakni surplus selama 46 bulan beruntun.

Presiden Soeharto yang memerintah selama 32 tahun di Indonesia pernah mencatatkan surplus panjang selama tiga periode yakni selama 91 bulan pada periode Agustus 1975 hingga Februari 1983.

Periode terpanjang kedua adalah selama 48 bulan beruntun dan 46 bulan beruntun seperti grafis di bawah. Surplus panjang selama 46 bulan beruntun inilah yang bisa dipecahkan Jokowi besok hari.

Namun, surplus ini semakin terancam berbalik negatif seiring dengan penurunan harga komoditas dan naiknya impor.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Momen Gus Ipul & Sri Mulyani Jajal Fasilitas Sekolah Rakyat di Jaksel

Next Article Bolak Balik Istana, Sri Mulyani Bantah Mundur dari Kabinet

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular