
Rekor, Inflasi Jepang Naik Pertama Kali dalam 4 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Tingkat inflasi Jepang naik untuk pertama kalinya dalam empat bulan pada Februari. Data resmi yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jumat (22/3/2024) menunjukan fakta itu.
Dalam pembacaan perdana pasca Bank of Japan (BoJ) beralih dari suku bunga negatif, indeks harga konsumen (IHK) inti yang tidak termasuk makanan segar, naik 2,8% dari 2,2% dari bulan sebelumnya. Ini merupakan tertinggi sejak November lalu.
Mengutip Trading economics, peningkatan biaya terlihat di budaya dan rekreasi (7,3% vs 6,8% di bulan Januari) serta komunikasi (1,4% vs 2,1%). Pada saat yang sama, harga bahan bakar dan listrik mengalami penurunan paling kecil dalam 11 bulan (-3.0% vs -13.9%), disebabkan oleh listrik (-2.5% vs -21.0%) dan gas (-9.4% vs -15.3%) .
Pada saat yang sama, inflasi melambat pada sektor makanan (4,8% vs 5,7%), perumahan (0,6% vs 0,7%), transportasi (2,9% vs 3,0%), layanan kesehatan (1,8% vs 2,3%), pakaian (2,6% vs 3,0%), furnitur dan peralatan rumah tangga (5,1% vs 6,5%), pendidikan (1,3% vs 1,4%), dan lain-lain (1,1% vs 1,2%).
"Pertumbuhan angka (inflasi inti) dapat dijelaskan oleh penurunan kontribusi subsidi listrik dan gas setelah satu tahun," kata ekonom eksekutif senior di Dai-ichi Life Research Institute, Yoshiki Shinke, sebagaimana dimuat Nikkei.
"Namun, hal ini tidak mewakili tren yang mendasarinya," katanya.
Sebelumnya BoJ menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 17 tahun pada awal pekan ini. Bank sentral menyatakan akan terus memantau angka inflasi.
BoJ menghentikan apa yang disebut sebagai upaya pengendalian kurva imbal hasil setelah mempertimbangkan kenaikan upah besar yang dimenangkan oleh serikat pekerja. Selama negosiasi upah musim semi tahun ini, pengusaha menyetujui kenaikan upah terbesar dalam 33 tahun terakhir.
Gubernur BoJ Kazuo Ueda pada hari Selasa mengatakan bank akan mempertahankan sikap akomodatif. Ia bersikeras bahwa inflasi belum mencapai 2%.
"Jika harga dasar naik sedikit lagi, hal ini akan menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga jangka pendek," katanya.
Menurut pengamat dari Dai-ichi Life Research Institute, Shinke pertanyaan kuncinya adalah apakah setelah kenaikan upah, konsumsi meningkat. Termasuk bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi harga.
"Kita harus menunggu dan melihat apakah konsumsi akan meningkat," katanya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Fakta Terungkap, Ini Biang Kerok Ambruknya Ekonomi Jepang