
Gejala Resesi Seks Landa Negara Maju, Penduduk Bumi 'Meledak' di Sini

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat kesuburan di hampir semua negara akan terlalu rendah untuk mempertahankan tingkat populasi pada akhir abad ini. Hal ini diungkapkan sebuah penelitian yang diterbitkan pada hari Rabu (20/3/2024).
Dalam riset yang dipublikasi di The Lancet itu memproyeksikan 155 dari 204 negara dan wilayah di seluruh dunia, atau 76%, akan memiliki tingkat kesuburan di bawah tingkat penggantian populasi pada tahun 2050.
Di sisi lain, sebagian besar kelahiran hidup di dunia akan terjadi di negara-negara miskin. Ini dapat menciptakan kesenjangan penduduk dan dapat bermuara pada permasalahan-permasalahan baru di negara berpendapatan rendah.
"Tren ini akan menyebabkan kesenjangan "baby boom" dan "baby bust" di seluruh dunia, dan ledakan tersebut terkonsentrasi di negara-negara berpendapatan rendah yang lebih rentan terhadap ketidakstabilan ekonomi dan politik," kata peneliti senior Stein Emil Vollset dari Institute for Health Metrics And Evaluation (IHME), Universitas Washington, dikutip Reuters.
Perkiraan tersebut didasarkan pada survei, sensus, dan sumber data lain yang dikumpulkan dari tahun 1950 hingga 2021 sebagai bagian dari Studi Beban Penyakit, Cedera, dan Faktor Risiko Global.
Studi ini menyoroti tren yang sangat mengkhawatirkan di negara-negara seperti Korea Selatan dan Serbia, yang tingkat kesuburannya kurang dari 1,1 anak per perempuan, sehingga membuat mereka dihadapkan pada tantangan berkurangnya angkatan kerja.
"Banyak negara yang memiliki sumber daya terbatas "akan bergulat dengan cara mendukung populasi termuda dan paling cepat berkembang di planet ini di beberapa negara yang paling tidak stabil secara politik dan ekonomi, mengalami tekanan panas, dan sistem kesehatan yang terbatas di dunia," tambah Volset.
Meskipun menurunnya tingkat kesuburan di negara-negara berpenghasilan tinggi mencerminkan lebih banyak peluang pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan, para peneliti mengatakan tren ini menandakan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan akses terhadap kontrasepsi modern dan pendidikan perempuan di wilayah lain.
"Selain itu, ketika populasi hampir setiap negara menyusut, ketergantungan pada imigrasi terbuka akan menjadi penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi," timpal Natalia Bhattacharjee dari IHME, salah satu penulis laporan tersebut, dalam sebuah pernyataan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Benarkah Resesi Seks Makin Parah? Studi Ungkap Fakta-Fakta Baru
