Gak Cuma Batu Bara, Adaro Kembangkan 3 Pembangkit Listrik Hijau Ini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
21 March 2024 10:52
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Jeneponto, Sulawesi Selatan (Ist Kementrian ESDM)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Jeneponto, Sulawesi Selatan (Ist Kementrian ESDM)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) rupanya mulai serius untuk masuk ke dalam bisnis energi baru dan terbarukan (EBT). Hal tersebut menyusul beberapa proyek pembangkit EBT yang saat ini tengah digarap perusahaan.

Presiden Direktur PT Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan terdapat beberapa proyek pembangkit EBT yang saat ini tengah digarap perusahaan. Salah satunya yakni proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Tanah Laut, Kalimantan Selatan berkapasitas 70 Mega Watt (MW).

"Intinya balik lagi kalau Adaro lagi mengembangkan menuju ke green. Jadi energi yang lebih bersih ini perjalanannya memang relatif masih baru tapi sebetulnya niatnya udah lama kita mulai," kata dia ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (21/3/2024).



Lebih lanjut, Dharma mengungkapkan saat ini Adaro fokus mengembangkan jenis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan pembangkit hidro. Pasalnya, dari sisi renewable energy, ketiga pembangkit EBT tersebut dinilai sudah terbukti paten.

Di sisi lain, dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju, biaya pembangkitan untuk ketiga pembangkit tersebut juga semakin murah. Sehingga hal tersebut berdampak pada keekonomian harga jual listrik energi bersih.

"Dari sisi renewable energy, tiga EBT tersebut sudah proven. Tapi, jangan salah, teknologinya juga semakin berkembang. Dengan teknologi yang besar, maka akan bisa lebih ekonomis," ujarnya.

Selain pembangkit, pihaknya saat ini juga tengah mengkaji peluang untuk masuk ke bisnis penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dan green hydrogen. Hal ini sebagai upaya perusahaan untuk turut berkontribusi mengurangi emisi karbon di dalam negeri.

"Tapi belum fokus lah. Kita cuma lihat dulu karena menurut kami belum ekonomis. Kalau CCS belum ada kerja sama kalau green hydrogen yang susah, green hydrogen itu sumber energinya harus dapat renewable energy base load. Sementara, renewable energy yang baseload adalah geothermal dan agak lama atau agak mahal jadi emang belum pas," kata Dharma.


(ven)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024, Pelaku Usaha Tambang Curhat Begini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular