
Toyota Blak-blakan Akui Sulit Bangun Pabrik Pick-up di RI, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta pabrikan mobil mengalihkan basis produksi kendaraan komersial dari Thailand menuju Indonesia. Namun, Direktur Marketing Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandi menilai pabrikan di Indonesia sudah memiliki fokus di segmen lain, yakni produksi kendaraan 3 row seater seperti MPV, bukan kendaraan niaga seperti pick up.
"Indonesia kuat di 3-row seater, itu kenapa kita kuat di Calya, Avanza, Innova. Kalau dilihat negara manapun di ASEAN, Indonesia adalah pusatnya, tapi kalau pick up pusatnya adalah di Thailand," katanya saat acara buka puasa Bersama Toyota Indonesia dikutip Selasa (20/03/2024).
"Jadi kalau memang Indonesia ingin mau memproduksi pick up, market pick up-nya harus diperbesar, terlebih pick up seperti Hilux itu yang terbesar di Thailand, di seluruh dunia Thailand dan Amerika, dua negara itu ya. Sekitar lebih dari 50 persen market-nya Thailand, hampir 400 ribu unit itu adalah Hilux," tambah Jimmi.
Ia pun setuju untuk melokalisasi kendaraan di dalam negeri, namun perlu harus disadari Indonesia adalah negara yang mengandalkan segmen 3 row seater. Karenanya perlu waktu panjang untuk mewujudkan produksi double cabin di Indonesia, termasuk di tahap awal memancing permintaan pasar untuk mendorong pabrikan melakukan produksinya.
"Masyarakat Indonesia lebih prefer produk yang MPV atau 3 row seater, masyarakat Thailand sejak dulu lebih prefer pick up seperti Hilux. Itu sudah menjadi karakteristik. Kalau ingin mengubah agak susah, itu berarti mengubah pasar, butuh waktu tahunan. Permintaan banyak dari pemerintah, minta BEV, HEV, pick up, kita ngga bisa jawab semua," kata Anton.
Sebagai catatan, produksi kendaraan di Indonesia sendiri masih tertahan di angka 1 juta setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Di tahun 2023 lalu bahkan penjualan ritel tidak tembus 1 juta, yakni di 998.059 unit, turun 1,5 persen dibanding 2022 yang mencapai 1,01 juta (1.013.582) unit. Sayangnya, upaya mendongkrak produksi double cabin di Indonesia belum tentu bisa mengeluarkan produksi mobil RI dari one million trap.
"Belum tentu bisa, karena pick up tergantung dari pasar dari komersial itu sendiri. Artinya bisnis di Indonesia itu akan berkembang atau tidak," sebut Anton.
Sebaliknya, Anton justru melihat Indonesia berpotensi untuk mendongkrak produksi melalui program lain yakni melalui mobil rakyat. Namun, pemerintah harus rela mengurangi nilai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Cara ini diharapkan bisa mengeluarkan RI dari one million trap.
"Jadi kalau saya boleh saran, sebenarnya ini sudah diucapkan sendiri oleh pak Menteri Perindustrian. Kita harus support yang disebut mobil rakyat, harganya di bawah Rp 250 juta. Saya rasa seperti skema PPnBM yang dulu itu akan meningkatkan market secara signifikan, dan pemerintah tidak rugi karena dengan meningkatkan volume pajak meningkat, walaupun secara per unit turun tapi totalnya meningkat. Efeknya pajak daerah, penghasilan, tenaga kerja meningkat itu sangat luar biasa kita rasakan.
Saya rasa untuk meningkatkan market secara cepat, i think that's a good way," ujar Anton.
Sebelumnya, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengkritisi kebijakan dari sejumlah prinsipal yang menjadikan Thailand sebagai basis produksi untuk kendaraan komersial. Padahal, Indonesia dengan jumlah penduduk yang lebih besar memiliki potensi yang juga lebih besar.
"Yang aneh, Menteri Perindustrian yang katakan aneh, prinsipal menjadikan Thailand basis produksi untuk kendaraan double cabin dengan alasan permintaan domestik Thailand lebih tinggi, sangat aneh. Saya ajak prinsipal evaluasi kembali pemikiran tersebut," katanya di GIICOMVEC 2024, Jumat (8/3/2024).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor di Indonesia (GAIKINDO), total penjualan mobil niaga tahun 2023 sebanyak 236.321 unit. Angka ini turun dari tahun sebelumnya yang sebesar 252.263 unit. Namun, jumlah penduduk yang besar menjadi modal Indonesia bisa unggul dalam berjualan kendaraan niaga.
"Size ekonomi Indonesia, logikanya sederhana, apa mungkin ekonomi Thailand lebih besar dari Indonesia? Saya ngga melihat itu. Saya kira economy size Indonesia lebih tinggi dari Thailand, jadi penciptaan market Indonesia lebih besar dari Thailand," kata Agus.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Penjualan Mobil Ternyata Turun Terus, Harga Jadi Biang Kerok?
