Internasional

PBB Warning "Kiamat Bumi" Makin Dekat, Keadaan Gawat Darurat

sef, CNBC Indonesia
20 March 2024 07:40
A general view shows a screen of votes during a United Nations General Assembly meeting to vote on a non-binding resolution demanding
Foto: PBB (AFP/ANGELA WEISS)

Jakarta, CNBC Indonesia - PBB memberi peringatan "kiamat" pada planet bumi. Organisasi dunia itu menyebut planet ini di ambang kehancuran.

Hal ini akibat rekor panas global yang kembali terjadi. "Sebuah planet berada di ambang kehancuran," tegas Sekjen PBB Antonio Guterres merujuk laporan itu, dikutip AFP, Rabu (20/3/2024).

Bagaimana bisa? Apa tandanya?

Dalam laporan tahunan keadaan iklim, Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO), badan dunia itu mengonfirmasi bahwa 2023 adalah tahun terpanas bumi yang pernah tercatat. WMO mengatakan suhu rata-rata di dekat permukaan adalah 1,45 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, sangat mendekati ambang batas kritis 1,5 derajat yang disepakati negara-negara untuk tidak diloloskan dalam perjanjian iklim Paris (COP) tahun 2015.

"Belum pernah kita sedekat ini... dengan batas bawah Perjanjian Paris sebesar 1,5 derajat Celcius," tegas Ketua WMO Andrea Celeste Saulo memperingatkan.

Ia mengatakan laporan itu harus dilihat sebagai "peringatan merah" bagi dunia. Apalagi trennya rekor pemanasan global terus bisa dipecahkan.

"Rekor sekali lagi dipecahkan, dan dalam beberapa kasus dipecahkan ... Ini memberi makna baru yang tidak menyenangkan pada frasa 'di luar grafik," tambahnya.

"Apa yang kita saksikan pada tahun 2023, terutama dengan pemanasan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya, penyusutan gletser, dan hilangnya es laut Antartika, menimbulkan kekhawatiran khusus," jelasnya lagi menyinggung perubahan iklim bukan sekedar soal suhu.

Salah satu temuan yang sangat mengkhawatirkan adalah bahwa gelombang panas laut terjadi rata-rata di hampir sepertiga lautan global setiap harinya pada tahun lalu. Dan pada akhir tahun 2023, lebih dari 90% lautan telah mengalami kondisi gelombang panas pada suatu saat sepanjang tahun.

WMO menulis bahwa gelombang panas laut yang lebih sering dan intens akan menimbulkan dampak negatif. Terutama bagi ekosistem laut dan terumbu karang.

Pada saat yang sama, badan itu juga memperingatkan juga bahwa bahwa gletser-gletser utama di seluruh dunia mengalami kehilangan es terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1950. Pencairan es yang ekstrem bahkan terjadi di Amerika Utara bagian barat dan Eropa.

Di markas WMO Swiss gletser di Alpen juga telah kehilangan 10% sisa volumenya dalam dua tahun terakhir saja. Luas es laut Antartika juga merupakan "yang terendah yang pernah tercatat".

"Krisis iklim adalah tantangan utama yang dihadapi umat manusia dan terkait erat dengan krisis kesenjangan," kata Saulo.

Secercah Harapan

Meski begitu WMO PBB menyoroti secercah harapan. Bagaimana pembangkit energi terbarukan telah melonjak dari sebelumnya.

Tahun lalu, kapasitas pembangkitan energi terbarukan meningkat hampir 50% dari tahun 2022. Ini terutama untuk tenaga surya, angin, dan air.

"Bumi mengeluarkan seruan darurat," kata Guterres.

"Dunia memiliki peluang untuk menjaga kenaikan suhu bumi dalam jangka panjang di bawah ambang batas 1,5 derajat Celsius dan menghindari kekacauan iklim terburuk. Kita tahu bagaimana melakukannya," tutupnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PBB Mendadak Beri Peringatan Buat Asia, RI Dalam Bahaya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular