Gencarkan Harta Karun Top 2 Dunia, RI Harus Lakukan Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Julfi Hadi mendorong semua pihak untuk berkolaborasi mendukung pengembangan panas bumi di tanah air. Mengingat, pemanfaatan panas bumi di Indonesia masih belum optimal.
Menurut Hadi, potensi panas bumi yang dimiliki RI diramal mencapai 24 Giga Watt (GW) namun pemanfaatannya baru mencapai 2,4 GW atau 10%. Salah satunya yang menjadi tantangan pengembangan panas bumi saat ini adalah dari segi keekonomian dan komersial.
"Jadi konsep Asosiasi Panas Bumi sekarang adalah kolaborasi, kolaborasi antar siapa, kolaborasi antara Pemerintah-IPP. Banyak sekali stakeholdernya dan PLN kita harus duduk bersama kita lihat mana yang paling efektif karena kita negara geothermal," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (19/3/2024).
Ia lantas mencontohkan negara yang saat ini cukup maju dalam pengembangan sumber energi panas bumi. Misalnya seperti Kenya, yang memberikan berbagai insentif guna mempercepat pengembangan sumber energi bersih tersebut di dalam negeri.
"Di Kenya negaranya yang jauh di belakang kita itu maju karena mereka memikirkan Geothermal itu harus ke depan. Jadi banyak insentif insentif yang dia taruh yang akan membuat lari geothermal," kata dia.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan pemilik sumber daya panas bumi terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Hingga Desember 2020, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sumber daya panas bumi Indonesia mencapai sebesar 23.965,5 Megawatt (MW) atau sekitar 24 GW.
Amerika Serikat menduduki peringkat pertama untuk sumber daya panas bumi yakni mencapai 30.000 MW. Selanjutnya, Indonesia 23.965,5 MW, Jepang 23.400 MW, Kenya 15.00 MW dan terakhir Islandia 5.800 MW.
(pgr/pgr)