Pengusaha Blak-blakan Pengembangan Panas Bumi Masih Selow, Kenapa?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
19 March 2024 14:35
Pertamina
Foto: Dok. Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha di sektor panas bumi mengungkapkan bahwa pengembangan sumber energi panas bumi di Indonesia masih berjalan lambat. Padahal pengembangan panas bumi di Indonesia sudah berjalan sejak 40 tahun yang lalu.

Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Julfi Hadi memaparkan pengembangan panas bumi di Indonesia masih belum berprogres secara signifikan. Terbukti dari potensi sebesar 24 gigawatt (GW), pemanfaatannya baru sebesar 2,4 GW.

"Cuma sampai sekarang baru 2.400 MW yang jalan, di 4 tahun terakhir kalau gak salah cuman 300 MW artinya very slow kita sudah 40 tahun di Geothermal, jadi saya rasa kita sudah mengerti bottlenecking nya," kata dia dalam acara Energy Corner, CNBC Indonesia, Selasa (19/3/2024).

Menurut Julfi setidaknya ada beberapa faktor yang membuat pengembangan panas bumi di tanah air masih berjalan lambat. Salah satunya seperti commercial project yang masih belum dapat diterima oleh investor.

Kondisi tersebut lantas berdampak pada Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (power purchase agreement/PPA) untuk energi panas bumi yang menjadi lama.

Selain PPA, terdapat persoalan mengenai teknologi, berbeda dengan teknologi di industri hulu migas, teknologi di sektor panas bumi dianggap masih belum cukup matang. Oleh karena itu, pihaknya akan berupaya mendiskusikan hal tersebut bersama dengan pemerintah.

"Ini adalah satu solusi yang akan asosiasi panas bumi cover yang biasanya kita hanya meminta kenaikan tarif untuk mendapatkan commercial sekarang kita akan mengupdate bisnis model dari kita yaitu dengan COD nya tadi bisa 7-10 tahun terlalu lama itu mungkin insya allah menjadi 3-4 tahun dengan teknologi ini dan juga step by step karena masalah tadi kan eksplorasi," ujarnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potensi Panas Bumi RI Melimpah, Ini PR Untuk Pemerintah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular