Negosiasi Israel-Hamas Panas Soal Perang Gaza, AS Turun Tangan

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
16 March 2024 12:45
Warga Palestina berbuka puasa di tengah reruntuhan rumah mereka yang hancur selama bulan suci Ramadhan, ketika konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 13 Maret 2024. (REUTERS/Mohammed Salem)
Foto: Warga Palestina berbuka puasa di tengah reruntuhan rumah mereka yang hancur selama bulan suci Ramadhan, ketika konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 13 Maret 2024. (REUTERS/Mohammed Salem)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) tengah bekerja secara intensif dengan Israel dan perantara Qatar dan Mesir untuk menjembatani negosiasi untuk dengan kelompok Hamas. Diharapkan, ditemui jalan tengah untuk menghentikan perang di Gaza.

Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, mengutip Reuters, Sabtu (16/3/2024). Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat waktu setempat, menyebut usulan terbaru mengenai kesepakatan penyanderaan oleh kelompok militer Hamas sebagai hal yang tidak realistis.

Namun, ia mengatakan bahwa sebuah delegasi akan berangkat ke Qatar untuk membahas posisi Israel mengenai kemungkinan perjanjian tersebut.

Blinken, saat berkunjung ke Austria, mengatakan pengiriman tim Israel mencerminkan "rasa kemungkinan dan urgensi" untuk mencapai kesepakatan mengenai pembebasan sandera.

"Kami melakukan pembicaraan yang sedang berlangsung saat ini, saat kami berbicara di sini, dan saya yakin pembicaraan tersebut akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang," kata Blinken kepada wartawan, dikutip dari Reuters, Sabtu (16/3/2024).

"Ini adalah sesuatu yang menjadi komitmen kami, dan kami akan bekerja selama dan sekeras yang diperlukan untuk mewujudkannya," kata Blinken.

Proposal Hamas, yang ditinjau oleh Reuters, mengusulkan pembebasan puluhan sandera Israel sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Ini sama seperti tawaran sebelumnya dari kedua belah pihak dalam perundingan dua bulan terakhir.

Namun mereka juga menyerukan perundingan pada fase kedua yang pada akhirnya akan mengarah pada berakhirnya perang. Israel terus-menerus mengatakan bahwa mereka hanya akan membahas penghentian sementara pertempuran dan tidak akan membahas penghentian perang sampai Hamas dilenyapkan.

Kantor Netanyahu juga mengatakan pada hari Jumat waktu setempat, bahwa perdana menteri telah menyetujui rencana operasi militer di Rafah, kota Gaza selatan di mana lebih dari satu juta orang berlindung. Kemudian, mengatakan bahwa tentara sedang mempersiapkan masalah operasional dan evakuasi penduduk sipil.

Blinken mengatakan AS perlu melihat rencana yang jelas dan dapat dilaksanakan untuk operasi militer di Rafah, termasuk untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya. Namun, Washington belum melihat rencana tersebut.

"Kita harus melihat rencana yang jelas dan dapat dilaksanakan, tidak hanya untuk membuat warga sipil terhindar dari bahaya namun juga untuk memastikan bahwa ketika mereka keluar dari bahaya, mereka mendapatkan perawatan yang layak, dengan tempat berlindung, dengan makanan, dengan obat-obatan, pakaian, dengan perlindungan yang memadai. Dan kami belum melihat rencana seperti itu," kata Blinken.

AS semakin frustasi terhadap pemerintahan Netanyahu selama beberapa minggu terakhir karena Washington terus menekan Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza, di mana lebih dari setengah juta orang kini berada dalam risiko kelaparan.

Israel akan mencoba "membanjiri" Jalur Gaza dengan bantuan kemanusiaan dari berbagai titik masuk, kata juru bicara utama militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari kepada sekelompok jurnalis asing ketika tekanan internasional meningkat untuk mengatasi masalah kelaparan yang semakin meningkat di wilayah kantong yang terkepung tersebut.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Ancam Labeli Teroris Jika Warga Gaza Tolak Mengungsi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular