
Jokowi Puji Minyak Makan Merah, Ternyata Ini Manfaatnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meresmikan pabrik minyak makan merah milik PTPN III di Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (14/3/2024). Ini merupakan pabrik percontohan untuk atau yang pertama untuk mengolah hasil komoditas sawit.
Pemerintah mendorong produksi minyak makan mentah bukan tanpa sebab. Selain mencari alternatif dari minyak goreng yang sempat langka, M3 diharapkan bisa mendorong program hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Berikut penjelasannya.
Apa itu minyak makan merah?
Minyak makan merah atau yang disebut M3 merupakan minyak goreng alternatif untuk kebutuhan masyarakat.
Direktur Utama Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan minyak makan merah diklaim memiliki kualitas yang lebih baik dari minyak goreng curah. Karena mengandung protein yang tinggi serta vitamin A dan E.
"Teknologi minyak makan merah ini mengembalikan alamiahnya. Alamiahnya minyak goreng sawit adalah merah delima itu, karena dia mengandung Vitamin A dan E di dalamnya," ujarnya dalam Special Dialogue CNBC Indonesia 'Menakar Urgensi Minyak Makan Merah', Kamis (27/10/2022) lalu.
Menurutnya, selama ini minyak goreng curah dan kuning yang umumnya dikonsumsi masyarakat membuang manfaat kandungan dari vitamin A dan E yang ada dalam minyak makan merah.
Minyak makan merah diolah menggunakan teknologi yang dikembangkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), yang merupakan salah satu terbaik di dunia.
"Jangan ragukan lagi kalau mereka yang melakukan pendampingan dan pengujian, itu pasti dapat diyakini, sebab tidak ada yang lebih baik lagi di dunia," jelasnya.
Tidak hanya itu, selain lebih sehat, program minyak makan merah juga bisa menjadi solusi atas permasalahan stunting, terutama di wilayah pedesaan yang kekurangan gizi vitamin A dan E. Kedua vitamin tersebut yang mana ada dalam minyak makan merah jika dikonsumsi secara bersamaan akan sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Melansir laman Kementerian Komunikasi dan Informatika, dijelaskan bahwa minyak makan merah merupakan inovasi minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional dalam pencegahan stunting
"Minyak makan merah ini tidak hanya bisa berfungsi untuk menggoreng, tapi bisa juga untuk suplemen untuk membantu masyarakat kita dari stunting karena nilai gizi dari minyak makan merah ini sangat besar dibanding dengan minyak goreng yang beredar di pasaran," ujar Kepala PPKS, Edwin Lubis dalam keterangannya.
Menurut Edwin, keunggulan dari minyak makan merah tersebut terletak pada nilai gizi dan kandungan pro-vitamin A dan E yang lebih tinggi dari minyak goreng pada umumnya. Dalam pengolahannya, Edwin menyebut, PPKS menggunakan teknologi sederhana dengan mempertahankan nutrisi di dalamnya.
Selain itu ia menjelaskan produksi minyak makan merah ini dapat dikembangkan oleh koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), karena memiliki nilai investasi yang lebih kecil dibandingkan pabrik minyak goreng komersial.
Urgensi Minyak Makan Merah
Minyak makan merah ini direncanakan dijual dengan harga Rp 9.000 per liter. Beda dengan pasaran harga minyak goreng curah menurut Harga Eceran Tertinggi (HET) mencapai Rp 14.000 per liter.
Hal itu bisa terjadi karena proses distribusi dari TBS sawit ke pabrik tidak memakan biaya yang besar. Sehingga ini bisa menjadi jawaban ketika terjadi kelangkaan ketersediaan pasokan dan kenaikan harga minyak goreng yang terjadi beberapa waktu lalu.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menjelaskan menjelaskan diharapkan adanya minyak makan merah ini masyarakat bisa lebih mudah mengakses produk minyak goreng.
"Minyak goreng merupakan pangan pokok, sehingga dengan adanya kenaikan harga cukup mengganggu stabilitas ketahanan pangan kita," kata Musdhalifah, Oktober 2022 lalu.
Pasalnya kebutuhan minyak goreng di Indonesia mencapai 5.060.000 ton setiap tahun. 2,5 juta atau 50% merupakan pemanfaatan minyak goreng dalam kemasan sederhana dan curah rumah tangga.
Sehingga dengan ada minyak makan merah ini diharapkan bisa menjadi alternatif ketika terjadi kenaikan harga minyak goreng. Terlebih di wilayah yang memiliki kebun kelapa sawit, karena fasilitas pengolahan m3 ini akan dibangun setidaknya satu dalam setiap 1.000 hektare kebun sawit.
"Kalau paling tidak dipenuhi 10% Insya Allah cukup membantu. Apalagi di sekitar wilayah remote perkebunan kelapa sawit dan petani kita bisa manfaatkan," katanya.
Selain itu menurutnya juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan stunting, kekurangan gizi dan lainnya. Sebabnya produk yang dihasilkan diklaim memiliki kandungan gizi yang lebih baik dari minyak goreng curah.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi : Minyak Makan Merah Lebih Murah dari Minyak Goreng di Pasaran
