Pengusaha Curhat Penghambat Utama Investasi Migas di Darat
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengaku masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh sejumlah pelaku usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia dalam merealisasikan investasinya, khususnya di wilayah kerja migas di daratan. Salah satunya, yaitu permasalahan tumpang tindih lahan migas dengan sektor yang lainnya.
Ronald menilai, permasalahan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pengeboran sumur migas cukup kompleks, khususnya yang berada di wilayah onshore atau darat.
"Jadi mungkin contohnya di Sumatera Selatan kita melihat bahwa, kita mau ngebor tapi kita perlu waktu sampai more than 3 years hanya buat drilling karena kita harus bebasin tanah dan juga ada proses tertentu tanah yang dikuasai oleh industri lain," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Kamis (14/3/2024).
Oleh sebab itu, ia pun meminta bantuan kepada Komisi VII DPR RI untuk dapat menyelesaikan persoalan ini. Terlebih, persoalan tumpang tindih lahan dengan industri lainnya sudah semakin pelik.
"Semakin susah kita bebasin karena negosiasi yang mungkin sudah tidak normal lagi dari etika bisnis kita. Saya pikir itu yang penting, salah satu yang perlu bantuan dari bapak bapak ibu-ibu Komisi VII," ujarnya.
Meski demikian, Ronald menilai iklim investasi hulu migas di Indonesia sudah mulai cukup membaik dalam waktu tiga tahun belakangan ini. Hal tersebut menyusul dengan berbagai macam insentif yang diberikan pemerintah kepada para pelaku usaha.
Selain insentif, pemerintah juga memberikan beberapa kemudahan yang lainnya. Seperti mempercepat persetujuan rencana pengembangan atau biasa disebut Plan of Development (POD) suatu lapangan migas.
"Jadi kita bisa maju melakukan proyek itu lebih cepat," katanya.
Tak hanya itu, ia juga memuji hubungan kerja sama antara SKK Migas dengan Kementerian ESDM yang semakin bagus. Dengan demikian, setiap proses keputusan dilakukan secara cepat.
"Kebetulan saya cukup aktif di IPA (Indonesian Petroleum Association), dan di IPA ada perusahaan perusahaan internasional, mereka juga melihat perkembangannya juga bagus," kata dia.
(wia)