Internasional

China-Rusia-Iran Gabungkan Militer di Timur Tengah, Lawan Dominasi AS?

luc, CNBC Indonesia
13 March 2024 14:35
Iran akan memulai latihan angkatan laut gabungan dengan Rusia dan China di bagian utara Samudera Hindia, kata media pemerintah Selasa (12/3). (Iranian Army via AP)
Foto: Iran akan memulai latihan angkatan laut gabungan dengan Rusia dan China di bagian utara Samudera Hindia, kata media pemerintah Selasa (12/3). (Iranian Army via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - China, Rusia, dan Iran melakukan latihan militer bersama di Timur Tengah pada saat Amerika Serikat dan sekutunya sibuk menghalau serangan kelompok Houthi Yaman di Laut Merah yang menargetkan kapal-kapal komersial.

Latihan tersebut, yang disebut "Sabuk Keamanan Maritim 2024," dimulai pada Selasa (12/3/2024) di Teluk Oman dan mengikuti seruan Teheran untuk membentuk "sabuk keamanan maritim" di antara anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), yang dipimpin oleh Beijing dan Moskow. Hal itu merupakan bagian dari upaya untuk melawan pengaruh militer AS dan sekutunya sekitar perairan tersebut.

Dilaporkan bertindak sebagai pengamat manuver multinasional adalah sesama anggota SCO Kazakhstan, India, dan Pakistan, selain Azerbaijan, Oman, dan Afrika Selatan.

Kapal-kapal yang terlibat dalam latihan tersebut termasuk kapal perusak berpeluru kendali Urumqi, fregat berpeluru kendali Linyi, dan kapal pasokan Dongpinghu dari Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China, serta kapal penjelajah berpeluru kendali Varyag dan fregat Marsekal Shaposhnikov dari angkatan laut Rusia.

Sebanyak 10 kapal dan dua helikopter akan dipasok oleh angkatan laut Iran, termasuk Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) cabang maritimnya.

"Tujuan diadakannya latihan ini adalah untuk mengonsolidasikan keamanan dan landasannya di kawasan," kata sebuah laporan dari situs berita resmi IRGC, sebagaimana dilansir Newsweek.

"Tujuan dari latihan ini," tambah laporan IRGC, "termasuk memperkuat keamanan perdagangan maritim internasional, memerangi pembajakan dan terorisme maritim, membantu langkah-langkah kemanusiaan seperti pertukaran informasi untuk operasi penyelamatan maritim, dan untuk bertukar pengalaman operasional dan taktis."

Latihan tersebut dimulai ketika ketegangan di Timur Tengah terus meningkat di sela-sela perang yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina di Gaza, yang memicu peningkatan kehadiran militer AS di wilayah tersebut.

Salah satu kelompok "Poros Perlawanan", Houthi, telah membawa konflik ke laut dengan menargetkan kapal-kapal sipil yang dikatakan terikat dengan Israel di beberapa rute perdagangan paling penting di dunia.

Sejak November tahun lalu, sebulan setelah perang di Gaza meletus, Houthi telah melakukan puluhan operasi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, yang mendorong AS untuk mengambil tindakan dengan membentuk koalisi dengan beberapa negara lain, yang dikenal sebagai Operation Prosperity Guardian, dalam upaya menghentikan kampanye tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Senin, juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengumumkan operasi terbaru yang melibatkan rudal anti-kapal yang diluncurkan terhadap Pinocchio, sebuah kapal kargo berbendera Liberia yang transit di Laut Merah. Serangan itu terjadi satu hari setelah AS menyerang Yaman pada Minggu malam.

Saree bersumpah untuk mengintensifkan serangan selama bulan suci Ramadan, yang dimulai pada hari Minggu.

Iran memuji tindakan Houthi di Laut Merah dan Teluk Aden, sekaligus menolak tuduhan bahwa mereka memiliki kendali langsung atas kelompok yang dituduh mempersenjatai mereka. Pada saat yang sama, Teheran mengutuk serangan pimpinan AS di Yaman.

Rusia juga mengkritik tindakan AS-Inggris dalam menyerang Yaman, sambil mendesak solusi diplomatik terhadap konflik maritim tersebut.

Para pejabat China juga mendesak agar masyarakat tetap tenang. Baik Beijing maupun Moskow tidak mengakui Houthi sebagai pemerintah sah Yaman, namun mereka telah meningkatkan kerja sama dengan Teheran, termasuk di bidang pertahanan.

Hubungan di antara ketiganya mendapat dorongan baru pada Juli lalu ketika Iran menjadi anggota penuh SCO. Pada awal tahun ini, Iran makin memperkuat hubungan dengan China, Rusia, dan beberapa negara besar lainnya dengan menjadi anggota koalisi BRICS, yang juga menerima Arab Saudi sebagai anggota baru.

Meskipun Arab Saudi telah menjadi partisipan aktif dalam perang saudara di Yaman, dan secara langsung mendukung pemerintah internasional negara tetangganya dalam operasi melawan Houthi, pertempuran telah mereda sejak gencatan senjata dilakukan hampir dua tahun lalu dengan dukungan dari PBB.

Adapun, Arab Saudi belum bergabung dengan koalisi yang dipimpin AS melawan Houthi, dan Bahrain adalah satu-satunya negara Arab yang bergabung dalam koalisi tersebut.

Bagi Iran, latihan terbaru dengan China dan Rusia menawarkan kesempatan bagi Republik Islam untuk menunjukkan koordinasinya dengan negara-negara besar, serta upayanya sendiri untuk mengembangkan kekuatan angkatan laut yang kuat yang mampu menghalangi ancaman di Teluk Persia dan sekitarnya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kelompok Houthi Ngamuk di Laut Merah, Dunia Kena Imbasnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular