Bukan Gaza, Biden Kirim Senjata Darurat Rp4,6 T ke Ukraina Lawan Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina masih terus berkecamuk. Kali ini, Ukraina mulai mengalami menipisnya stok persenjataan dan meminta aliansi NATO, yang merupakan pendukung Kyiv, untuk menambah bantuan peralatan militer.
Hal ini ditanggapi negara NATO dengan serius. Patron de facto NATO, Amerika Serikat (AS), mengumumkan pengiriman bantuan darurat senilai US$ 300 juta (Rp 4,6 triliun) ke Ukraina.
Pengiriman itu akan mencakup roket HIMARS. Ini pun termasuk senjata anti pesawat dan anti tank, peluru artileri, serta amunisi senjata.
"Amunisi ini akan membuat senjata Ukraina tetap menyala dalam jangka waktu tertentu, namun hanya dalam waktu singkat," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dikutip AFP, Rabu (13/3/2024).
Bantuan darurat ini dikirimkan setelah anggota parlemen AS dari Partai Republik menunda permintaan Presiden Joe Biden. Awalnya pemerintah federal meminta paket bantuan senilai US$ 60 miliar untuk Ukraina (Rp 933 triliun).
Sullivan menambahkan bahwa bantuan tersebut mungkin hanya bertahan beberapa minggu. Ia memperingatkan bahwa bantuan persenjataan sangat penting bagi perjuangan Kyiv dalam melawan Rusia.
"Amunisi ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan medan perang Ukraina dan tidak akan mencegah Ukraina kehabisan amunisi dalam beberapa minggu mendatang," katanya.
Selain Sullivan, ketakutan yang sama juga diutarakan sebuah penilaian intelijen AS. Laporan itu mengatakan bahwa kebuntuan pemberian bantuan semakin mengubah momentum yang menguntungkan Moskow.
"Ukraina tidak kehabisan keberanian dan kegigihan, mereka kehabisan amunisi. Dan kita kehabisan waktu untuk membantu mereka," timpal Direktur CIA William Burns kepada Kongres.
Di sisi lain, Rusia baru-baru ini mulai memukul mundur pasukan Kyiv dan membuat terobosan. Terobosan terbesar Moskow adalah berhasil mengambil alih kota Avdiivka dari Ukraina, yang menurut Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi kemenangan kunci.
Kekhawatiran terhadap kemajuan Rusia pun ikut menghantui negara-negara Eropa. Polandia telah menyuarakan ketakutannya bahwa kemenangan Moskow dapat mengancam negara-negara bekas Uni Soviet yang telah bergabung dalam aliansi NATO.
"NATO harus memberikan respon yang jelas dan berani terhadap agresi Rusia," tegas Presiden Polandia Andrzej Duda.
Warsawa sendiri telah mengambil beberapa langkah perkuatan pertahanan. Negara itu telah membeli paket senjata dari AS senilai US$ 3,5 miliar (Rp 54 triliun) yang mencakup 821 rudal udara-ke-permukaan AGM-158B-2 dan 745 rudal udara-ke-udara AIM-120C-8.
Atas pembelian ini, Presiden AS Biden pun memberi komentar khusus. Ia mengajak Polandia untuk bertindak dengan serius sebelum benar-benar terlambat.
"Rusia tidak akan berhenti di Ukraina. Putin akan terus melanjutkan, membahayakan Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia bebas," kata Biden.
(sef/sef)